Jakarta, Klikanggaran.com (01-01-2018) - Beberapa waktu lalu jagad media diramaikan dengan pemberitaan terkait pembatalan ceramah Ustadz Abdul Somad di PLN. Atas peristiwa ini, publik bertanya, adakah peran Jendral Wiranto dan Rini Suwandi di dalamnya?
Djoko Edhi Abdurrahman, anggota Komisi Hukum DPR 2004 – 2009, kepada Klikanggaran.com memaparkan, saat dirinya berbincang dengan teman kerjanya di PLN, Disjaya, kemarin ihwal pengajian yang batal tersebut.
“Semula, semua proses perizinan sudah dilaksanakan dan mendapat sinyal ok dari pusat. Lagian Masjid PLN Disjaya Gambir juga rutin menggelar pengajian mengundang Ustadz dari luar untuk umum seperti itu,” papar Edhi.
“Tifatul Sembiring bahkan jadi pembicara rutin di situ. Belakangan, pada hari H pagi, mereka dikontak PLN Pusat untuk membatalkan acara yang diselenggarakan di Masjid PLN Gambir,” lanjutnya.
Edhi menjelaskan, saat itu makanan sudah disiapkan. Tenda-tenda sudah dipasang. Persiapan sudah 100% lengkap. Karena itulah kemudian panitia berinisiatif berupaya memindahkan lokasi ke Masjid Istiqlal. Karena menurut Edhi panitia masih berprasangka baik, bahwa pembatalan tidak ada persoalan dan kaitan dengan hal-hal yang sifatnya politik dan sejenisnya.
“Pembatalan tersebut disampaikan langsung oleh Dirut PLN, Sofyan Basyir, ke GM PLN Disjaya Gambir (pimpinan tertinggi di kantor PLN Disjaya Gambir). GM pun diancam dicopot dari jabatannya. Padahal dirinya baru menjabat 4 bulanan,” terangnya.
Menurut Edhi, GM mengatakan bahwa ia siap dicopot dari jabatannya hanya karena alasan menyelenggarakan pengajian itu.
“GM yang sebagai penasehat DKM Masjid PLN Gambir, tetep mencoba mencari alternatif tempat lain walaupun diancam dicopot. GM PLN Gambir ini disuruh membatalkan UAS oleh Menteri BUMN Rini yang disampaikan oleh Dirut PLN. Sedangkan Rini nyuruh Dirut PLN setelah ditelpon Wiranto,” jelasnya.
Edhi juga menyampaikan, ada kisah lainnya, masih di zaman rezim ini dan berkaitan dengan PLN, terjadi pada salah satu pimpinan PLN di Jaksel. Menurutnya, kisah ini gara-gara listrik mati pada saat pesta perkawinan anaknya BG dan Buwas di Hotel Bidakara yang dihadiri RI-1 Jokowi sebagai saksi.
Menurut Edhi mati lampu terjadi karena travo Cawang njeblug. Sedangkan di Hotel Bidakara tidak ada cadangan genset pada saat itu untuk pesta perkawinan. Hotel Bidakara juga bukan pelanggan premium PLN yang menjamin tidak adanya mati lampu. EO Hotel Bidakara juga tidak mengirim surat permohonan ke PLN untuk menjaga aliran listrik tetap stabil dan oke sepanjang acara.
“Alhasil, pimpinan setempat pun dicopot dari jabatannya dan dipindahkan ke pusat tanpa jabatan. Sebulan kemudian, ia kehilangan bapaknya yang meninggal dunia. Jika hal ini benar adanya, atas kasus UAS, jujur sangat disayangkan. Dan, silakan publik menilai, kenapa bisa seperti itu,” tutup Djoko Edhi.