Palembang, KlikAnggaran.net – Duka mendalam disampaikan oleh publik lewat #NyalaUntukYuyun untuk seorang gadis remaja berusia 14 tahun warga Desa Kasie Kasubun, Kecamatan padang Ulak Tanding, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu yang ditemukan meninggal setelah diperkosa oleh 14 orang laki-laki Bengkulu. Perempuan yang masih duduk di bangku SMP ini tewas setelah dipukul di bagian kepalanya kemudian di perkosa secara bergantian. Nama Yuyun kini dikenal publik sebagai simbol kekerasan seksual terhadap perempuan.
Berdasarkan rekonstruksi yang dilakukan pada 14 pelaku di Markas Polres Rejang Lebong, Bengkulu, pada 19 April selama 3 jam kebanyakan umur mereka dibawah 20 tahun. Sangat tragis dan menyedihkan remaja di bawah umur sudah melakukan hal bejad seperti itu. Yuyun yang pada Sabtu siang sekitar jam 13.30 WIB itu baru pulang sekolah dan masih mengenakan seragam SMP, melintas di area para pelaku yang sedang bermabuk-mabukan. Ia pulang dengan membawa alas meja dan bendera merah putih untuk dicuci sebagai persiapan upacara bendera Senin. Jarak antara sekokah kerumah korban sejauh 1,5 kilometer melewati kebun karet milik warga. Saat berjalan ia berpapasan dengan 14 pelaku atas nama Dedi Indra Muda (19), Tomi Wijaya (19), Suket (19), Bobi (20), Faisal Edo (19), Zainal (23), Febriansyah (18), Sulaiman (18), Al (18), EK (16) dan SU (16). Melihat anak perempuan berusia 14 tahun itu melintas di depan mereka para pelaku langsung mencegat dan memerkosa. Kepala Yuyun dipukuli kayu,kaki dan tangannya diikat,leher dicekik kemudian dicabuli secara bergantian. Bahkan ada yang melakukannya secara bergantian. Dan akhirnyadibunuh serta membuang jasadnya ke jurang sedalam lima meter.
Dibalik itu semua, Women Crisis Center (WCC) sebagai salah satu LSM yang konsen menilai kasus kekerasan menilai bahwa pemerintah kurang peduli dalam menindaklanjuti dan penuntasan kasus emerkosaan dan pembunuhan Yuyun (14, siswi SMPN 5 Padang Ulak Tanding (PUT). “ Kami melihat bahwa pemerintah kurang peduli terhadap kasus ini, bahkan pada sidang pertama kasus Yuyun saja, tidak ada pendamping dari pemerintah, ini yang kami pertanyakan, “ kata Direktur Cahaya Perempuan WCC Bengkulu Teti Sumeri saat konferensi pers, rabu (4/5/2016). Pihaknya sangat menyayangkan sikap pemerintah, baik Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong maupun Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam menyikapi kasus seperti ini. Ini adalah kasus moral yang tidakboleh lagi disepelekan.