Tawaran LNG Murah dari Singapore, Apa Benar?

photo author
- Senin, 28 Agustus 2017 | 13:56 WIB
images_berita_Ags17_bnhgbv
images_berita_Ags17_bnhgbv

 

Jakarta, Klikanggaran.com (29/8/2017) - Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman, mengungkapkan bahwa kehadiran perusahaan Singapore Keppel Ofshore dan Marine pada tanggall 15 Agustus 2017 di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman menuai tanda tanya besar.

Pertemuan yang diterima langsung oleh Luhut Binsar Panjaitan didampingi oleh Dirjen Migas dan Direktur PLN itu untuk menawarkan LNG lebih murah untuk kebutuhan PLN di berbagai daerah dan industri lainnya. Menurut Yusri, selain menimbulkan banyak pertanyaan di publik, juga terkesan ada yang tidak beres dalam tata kelola migas di tanah air selama ini baik di hulu dan hilir.

"Kejadian itu akan dibaca publik. Bahwa sepertinya Pak Luhut Binsar Panjaitan terkesan sudah tidak percaya lagi dengan kemampuan Menteri ESDM dan wakilnya serta Menteri BUMN dalam hal kemampuannya menyediakan harga gas murah untuk kebutuhan PLN dan industri lainnya. Padahal pada Rakor di kantor Menko Perekonomian di bulan November 2016 yang dihadiri dari Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, SKKMigas, Pertamina, dan PGN, telah dianalisa dan disimpulkan solusi langkah-langkah di hulu dan hilir, agar harga gas di hulu lebih murah USD 6 per MMBTU. Berbagai skenario telah dibuat untuk kebutuhan 7 industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan terakhir industri sarung tangan karet. Ini menunjukkan harga gas bisa berdaya saing dengan produk impor USD 4 per MMBTU agar dapat menciptakan percepatan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan pajaknya. Tentu, konsekwensinya mengurangi bagian negara di sektor hulu. Tetapi, anehnya saat itu tidak ada sedikit pun pembahasan soal harga gas yang pantas untuk kebutuhan pembangkit PLN," papar Yusri Usman pada Senin (28/8/2017).

Bisa jadi, lanjut Yusri, kedua BUMN yang selama ini ditugaskan oleh Pemerintah yaitu Pertamina dan PGN seakan tidak mampu memberikan dukungan penuh kepada PLN untuk pembangkitnya dari dapat kepastian pasokan gasnya dengan harga murah. Padahal selama ini semua rakyat Indonesia paham bahwa Singapore itu tidak ada sumber migasnya. Bahkan sudah puluhan tahun kebutuhan gas untuk industri dan rumah tangganya disuplai Indonesia dari lapangan Grissik Sumsel dan Natuna lewat pipa bawah laut.

"Anehnya lagi, perusahaan Keppel Offshore and Marine ini bergeraknya di bidang pelabuhan, galangan kapal, dan ajungan lepas pantai. Selain itu, perusahaan tersebut  sepengetahuan saya belum pernah punya rekam jejaknya dalam dunia perdagangan gas dan tidak ada terlibat ikut sebagai participacing interest di blok migas di seluruh dunia. Bahkan tidak pernah tercatat juga sebagai mitra rekanan di ISC Pertamina. Tentu kejadian ini agak membingungkan sebagian pedagang gas internasional dan nasional," terang Yusri.

Yusri juga menjelaskan, sikap PLN berminat atas tawaran Keppel Offshore and Marine itu bisa sangat benar, dengan alasan dapat harga gas murah dan dapat menurunkan biaya produksinya, dan akhirnya konsumen diuntungkan dengan harga jual listrik yang lebih murah. Tapi, sebaliknya malah ada pertanyaan besar yang belum terjawab sampai saat ini. Sejak Menteri ESDM Sudirman Said dan Jonan serta Wakilnya dan Direksi Pertamina sudah beberapa kali berkunjung Ke Timur Tengah, Iran, Irak ,Saudi Arabia, dan Qatar untuk merintis beli gas langsung ke produsennya. Bahkan Menko Kemaritiman belakangan juga berkunjung ke Iran dan sangat optimis Pertamina akan memperoleh 2 blok migas di Iran dalam waktu dekat ini. Bahkan, katanya Wamen ESDM Achandra Tahar mengatakan "good news". "Harapan kita mudah-mudahan tidak bed result".

"Saya hanya sedikit khawatir, apa mungkin kedatangan perusahaan Singapore ini bisa mengulang cerita lama, ketika beberapa hari setelah pelantikan Presiden Jokowi dan JK, tepatnya tanggal 31 Oktober 2014 kita dihebohkan oleh Perusahaan China Senangol bisa menawarkan minyak mentah murah 25% dari harga rata-rata di pasar. Bahkan, saat itu Wapres Anggola Manuel Domingus Vicente datang menjumpai Wapres Jk dan menyaksikan tanda tangan MOU antara Pertamina dengan Sonangol EP. Dan, konon kabarnya untuk merealisasikan rencana itu. Bahkan saat itu beredar kabar Enggar Lukito sibuk mengawal China Senangol di Pertamina, bahkan Direktur Pemasaran dan Niaga saat itu Hanung Budya sangat optimis kerja sama antar kedua negara akan dipersembahkan dalam "joint agreement" antara Pertamina dengan Sonangol, untuk merealisasikan proyek di hulu dan hilir seperti membangun kilang. Tak tertinggal Husein sebagai Plt Dirut Pertamina dengan lantang mengatakan bahwa dari kerja sama itu Indonesia 5 sampai dengan 6 tahun ke depan akan swasembada energi. Tetapi, belakangan rencana itu tidak jelas ujungnya, belakangan terdengar juga kabar di balik tawaran harga murah tersebut ternyata motif China Sonangol itu ingin menguasai penuh semua kebutuhan impor minyak mentah dan BBM Pertamina dengan mengkerdilkan fungsi ISC dan Petral. Namun,  setahun kemudian kita mendapat kabar terakhir cukup mengejutkan, Mr Sam Pa telah ditangkap oleh penegak hukum negara Tiongkok pada tanggal 8 Oktober 2015 atas kasus kejahatannya berdasarkan hasil penyidikan terhadap Gubernur Provinsi Fujian yang merupakan pimpinan perusahan minyak BUMN China Sinopec atas kasus korupsi. Sehingga, mudah-mudahan saja proyek LNG murah yang diusung perusahaan Singapore ini tidak berujung yang sama dengan cerita minyak mentah murah saat itu," tutupnya.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Heryanto

Tags

Rekomendasi

Terkini

X