Indonesia Lebih Ahli di Bidang LNG, Kenapa Harus Belajar ke Asing yang Lebih Muda Pengalaman?

photo author
- Jumat, 15 September 2017 | 03:49 WIB
images_berita_Sept17_LNG
images_berita_Sept17_LNG

 

Jakarta, Klikanggaran.com (15/9/2017) - Akhirnya gong kerja sama Indonesia melalui PT PLN (persero) antara Trade Gas Singapura terkait pengembangan solusi gas alam cair atau yang dikenal dengan LNG sudah ditandatangani kesepakatan kerjasamannya. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PLN, Amir Rasyidin, dengan CEO Pavilion Gas Pte Seoh Moon Ming dan CEO Keppel Singmarine Chris Ong Leng Yeow, di Singapura, pada Kamis (7/9/2017).

Tapi, hal itu masih menuai tanda tanya besar bagi rakyat Indonesia ke depannya. Apakah betul hanya pertukaran saja seperti yang dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan? Atau, malah sebaliknya, menjadi impor LNG seperti yang dikhawatirkan oleh rakyat selama ini?

"Menyangkut (kabar impor) LNG, kontraknya itu bukan kontrak jual beli gas. Enggak ada urusan jual beli gas," kata Luhut, saat menyelenggarakan afternoon tea bersama awak media di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Rabu (13/9/2017).

Sedangkan menurut Ir. Yogi Paryogi, mantan Project Manager Conoco Indonesia, bahwa "Indonesia itu lebih ahli di bidang LNG, jadi kenapa harus belajar ke asing yang lebih muda pengalamannya"?

Ir. Yogi sendiri merupakan Project Manager Conoco Indonesia. Dimana Ia pada tahun 1998 membangun pipa bawah laut dari Natuna ke Singapore sepanjang 650 km dan tahun 2002 sampai dengan 2012 sebagai tenaga ahli di BPMigas dan pernah menjadi counterpart Inpex untuk POD Blok Masela.

Dari sini memperlihatkan bahwa adanya kerja sama antara PLN dengan Trade Gas Singapura yang menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan dan publik itu, tercium aroma yang sudah tidak beres atau sudah terlanjur semuanya. Padahal kita semuanya bisa melakukannya secara menyeluruh, mulai disain terminal LNG, Regasification Floating Unit, Storage Unit, dan Kapal LNG skala besar dan kecil.

Pada kesempatan terpisah saat diminta pendapatnya, Dr. Iwan Ratman, pakar LNG Internasional yang sempat magang lama di Prancis bersama perusahaan Total yang sudah malang melintang di kawasan Eropa membangun lengkap unit Plant LNG dan infrastruktur penunjangnya, merasa sedih melihat kenyataan ini. Dia berpendapat, berarti ada yang tidak beres dengan tata kelola migas nasional. Belum lagi sesama BUMN energi seperti Pertamina, PLN, dan PGN, jalan seiring dengan mimpi berbeda.

"Faktanya kita mati di lumbung gas. Hal ini diperparah dengan banyaknya pucuk pimpinan di sektor energi tidak dipegang oleh orang yang mengerti dan menguasai filosofi pengelolaan energi yang paripurna. Ironis memang," tutup Iwan Ratman.

 

 

Penandatanganan MOU antara CEO Pavilion Gas Pte Seoh Moon Ming dan Yeni Andayani

 

-

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Heryanto

Tags

Rekomendasi

Terkini

X