Jakarta, Klikanggaran.com (29/9/2017) - Sebagai seorang Diplomatik dari Norwegia, Stig Ingemark Traavik yang ditugaskan menjadi duta besar di Indonesia diduga telah merampok uang negara sekitar US$ 179 ribu, atau setara dengan Rp 2,4 miliar. Uang ini untuk diberikan kepada kekasih gelapnya, yakni seorang perempuan Indonesia asal Jakarta, seperti yang dikutip Dunia Tempo pada Jumat (29/9/2017).
Sontak, atas tindakannya yang memalukan tersebut, Stig Ingemark Traavik dicopot dari seluruh gelar dan kekebalan diplomatiknya, serta dipanggil pulang ke Oslo.
Uang yang dicuri Stig ini adalah diperuntukkan bantuan luar negeri Norwegia untuk mengatasi kemiskinan dan memacu pembangunan ekonomi. Atas kejahatan yang dilakukannya, Stig mendapat reaksi tajam dari para ahli hukum di Norwegia setelah mereka membaca berita dari koran VG.
Selain itu, kegiatan Duta besar Traavik ini juga dipertanyakan terkait dengan manajemen penyaluran dana bantuan luar negeri Norwegia senilai miliaran rupiah tersebut.
"Ini adalah sebuah bendera merah yang menjadi alasan untuk menanyakan masalah kepentingan pribadi," kata Tina Soreide, seorang guru besar di Norwegia yang mempertanyakan soal korupsi tersebut kepada VG.
"Harus ada investigasi mengenai kejahatan ini," ujar Mats Stenmark, seorang ahli hukum di Univesitas Oslo.
Semoga saja, Duta Besar Norwegia ini dapat dihadapkan pada tuduhan kriminal jika saja Kementerian Luar Negeri melaporkannya ke polisi.
Direktur Center for Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi, menanggapi kasus ini dan mengatakan, jika Pemerintah Norwegia sangat tegas, bila pejabat melakukan tindak korupsi, langsung dicopot dan disuruh pulang ke Oslo.
"Tidak seperti Pemerintahan Jokowi, deh. Ketua DPR Setnov jadi tersangka saja, sampai sekarang belum dicopot dan Presiden Jokowi diam saja, pura-pura tidak tahu," tandas Uchok Sky Khadafi pada Klikanggaran.com di Jakarta pada Jumat (29/9/2017).
Selain itu, Uchok Sky juga mengatakan, perlu diselidiki juga masalah korupsi 2,4 miliar. Apakah memang hanya untuk kekasih gelap saja, atau jangan-jangan ada yang mengalir ke pejabat negara Indonesia.
"Publik tahu, pejabat negara kita mata duitan, uang apa saja diembat sama mereka, karena memang mereka serakah," tutupnya.