Jakarta, Klikanggaran.com (9/10/2017) - Hari ini Google menghormati sosok tokoh asal Indonesia, Bagong Kussudiardja yang lebih dikenal sebagai Bagong. Bagong Kussudiardja adalah seniman hebat asal Yogyakarta. Hari ini Bagong Kussudiardja menjadi Google Doodle. Itulah bentuk penghormatan Google, salah satu perusahaan raksasa teknologi informasi di dunia, kepada Bagong yang secara fisik kecil, tetapi secara karya sangat besar. Silakan buka Google hari ini maka akan tampak Bagong pada layar google Doodle dalam berbagai pencapaian seperti seni lukis, dan tari yang penuh senyum dan kegembiraan.
Bagong adalah seorang kareografer dan pelukis senior. Karya-karya Bagong begitu dikenal baik di dalam maupun di luar negeri. Hari ini Bagong berulang tahun ke-89, dan hebatnya Google mengucapkan, "Selamat ulang tahun bapak para pelopor seni Jawa". Perayaan meriah Google tidak disaksikan langsung oleh Bagong sebab Bagong sudah meninggal pada 15 Juni 2004.
Bagi klikanggaran.com, penghormatan Bagong dari Google ini punya muatan rasa hormat yang luar biasa. Sudah semestinya seorang seniman yang serba bisa, pantes mendapat pengormatan yang amat luhur dari Google. “Jiwa” karya seni Bagong terus mengalir jauh mengayuh peradaban yang kian menua.
Lain seniman hebat, lain pejabat; lain pula sikap kita kepada pejabat. Kepada Bagong kita berika rasa hormat yang luar biasa, tapi apakah pantes, rasa hormat yang luar biasa kepada pejabat negara yang suka menghambur hambur uang pajak rakyat. Atau bahkan, pantaskah menyamakan sosok Bagong, dengan sosok pejabat negara yang suka belimpahan kemewahan fasilitas negara? Tentu saja, tidak.
Klikanggaran mendapatkan data tentang renovasi rumah dinas. Misalnya, untuk renovasi rumah dinas Kepala BPH Migas, Fanshurullah Asa, negara menyiapkan dana hingga sebesar Rp1.144.000.000,00. Coba tanya kan pada publik? Apakah anggaran sebesar Rp 1,1 miliar untuk Kepala BPH Migas (Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi) benar benar masuk akal bagi manusia waras ataukah tidak?
Tidak aneh jika ada kesan bahwa anggaran sebesar Rp 1,1 miliar hanya untuk menghambur-hambur uang pajak rakyat. Anggaran miliaran untuk hanya sekedar rehab rumah kepala BPH Migas terlalu mahal peruntukannya. Boleh juga dong kita bertanya, “Apakah anggarannya sudah mark up?”