(KLIKANGGARAN) – PM Jepang Shigeru Ishiba akan mengumumkan pengunduran dirinya pada akhir Agustus 2025, demi mencegah kekosongan politik di tengah krisis dagang.
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dilaporkan berencana mengumumkan pengunduran dirinya pada akhir bulan depan. Kabar tersebut diberitakan oleh surat kabar Mainichi pada Rabu (23/7), menyusul tekanan dari internal Partai Demokrat Liberal (LDP) yang dipimpinnya.
Ishiba menghadapi gelombang penolakan dari rekan separtai usai kekalahan telak koalisi penguasa dalam pemilu majelis tinggi pada Minggu lalu.
Menurut harian Yomiuri seperti dilansir Reuters, Ishiba kepada para pembantunya menyatakan akan mengumumkan langkahnya setelah tercapai solusi dalam negosiasi perdagangan dengan Amerika Serikat.
Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Rabu pagi waktu Asia, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa ia baru saja menyelesaikan kesepakatan besar dengan Jepang, senilai 550 miliar dolar AS dalam bentuk investasi ke Amerika.
Menanggapi hal itu, Ishiba menyatakan dirinya siap berbicara langsung dengan Trump melalui telepon atau pertemuan, setelah mendapat penjelasan dari negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, yang sedang berada di Washington.
"Saya tidak bisa mengatakan apa-apa sebelum menelaah hasil kesepakatan tersebut," ujar Ishiba kepada wartawan saat ditanya apakah kesepakatan itu akan memengaruhi keputusannya untuk mundur dari jabatan perdana menteri.
Dalam jumpa pers Senin lalu, Ishiba menjelaskan mengapa ia memilih bertahan sementara waktu:
"Saya akan tetap menjabat dan melakukan segala daya saya untuk merintis jalan menuju penyelesaian tantangan ini," ujarnya.
Baca Juga: Mengenal Jaja Bendu, Kue Tradisional Jembrana Bali yang Sering Dihadirkan untuk Upacara Keagamaan
Ia menekankan bahwa Jepang menghadapi masa sulit, terutama dalam urusan perdagangan internasional, yang bisa berdampak besar terhadap perekonomian yang bergantung pada ekspor. Oleh karena itu, ia tidak ingin menciptakan kekosongan politik di masa genting.
"Saya menekankan perlunya menghindari kekosongan politik karena Jepang tengah menghadapi tantangan besar termasuk negosiasi perdagangan yang rumit dengan AS," kata Ishiba.