Pemerintah Jerman Bersiap Menjual Saham Uniper Setelah Krisis Energi 2022

photo author
- Kamis, 1 Februari 2024 | 20:10 WIB
Ilustrasi (PIxabay/Pix1861)
Ilustrasi (PIxabay/Pix1861)

KLIKANGGARAN -- Pemerintah Jerman sedang mempersiapkan diri untuk menjual sebagian dari 99% sahamnya di Uniper, importir gas utama negara itu, setelah perusahaan tersebut mengalami kerugian besar selama krisis energi tahun 2022.

Dilansir oleh Bloomberg pada hari Rabu, rencana penjualan saham di Uniper diambil untuk mendapatkan dana yang sangat dibutuhkan setelah negara tersebut terjerumus ke dalam krisis anggaran.

Uniper, yang mengalami kerugian sebesar €40 miliar ($43 miliar), hampir menghadapi kebangkrutan pada tahun 2022 akibat kenaikan harga energi dan terhentinya aliran gas dari Rusia, pemasok utamanya, kutip Russia Today.

Untuk mencegah kebangkrutan tersebut, perusahaan ini kemudian dinasionalisasi pada Desember 2022.

Menurut sumber yang dikutip oleh Bloomberg, pemerintah Jerman berencana untuk menawarkan saham Uniper pada akhir tahun ini atau pada tahun 2025.

Kesepakatan ini dapat terjadi melalui penjualan saham atau re-IPO, tetapi pemerintah kemungkinan akan tetap menjadi pemegang saham mayoritas.

Langkah ini diambil untuk memenuhi persyaratan Komisi Eropa, yang mewajibkan Jerman untuk mengurangi kepemilikannya menjadi 25% atau kurang pada akhir tahun 2028 sebagai bagian dari persetujuan dana talangan yang mencakup bantuan negara hingga €34,5 miliar.

Saat ini, saham Uniper bernilai sekitar €23,7 miliar, namun harga penjualan kemungkinan akan didiskon dari harga saat ini. Kementerian Keuangan Jerman dan perwakilan Uniper enggan memberikan komentar terkait rencana penjualan saham ini.

Dengan menjual saham Uniper, pemerintah Jerman berharap dapat mendapatkan aliran dana yang sangat dibutuhkan setelah menghadapi krisis anggaran pasca-pandemi.**

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: Russia Today

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X