peristiwa-internasional

KTT 2021: ASEAN Pertimbangkan Usir Myanmar

Jumat, 23 April 2021 | 22:26 WIB
The 35th ASEAN Summit in Bangkok

China bukan anggota ASEAN tetapi termasuk dalam pengelompokan ASEAN Plus Three, bersama dengan Jepang dan Korea Selatan. Namun, belum jelas apakah China akan menghadiri pertemuan hari Sabtu di Jakarta atau tidak.


"China akan menjaga komunikasi yang erat dengan ASEAN dan terus menangani setiap pekerjaan yang terkait dengan Myanmar dengan caranya sendiri," kata Anggota Dewan Negara China Wang Yi, yang juga merupakan menteri luar negeri.


Partisipasi Pemimpin ASEAN


Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta para pemimpin ASEAN untuk membantu mencegah kemungkinan implikasi kemanusiaan yang parah di luar perbatasan Myanmar kata juru bicara PBB Stephane Dujarric Rabu. Ia menambahkan bahwa utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener akan berada di Jakarta untuk melibatkan pemimpin ASEAN di sela-sela pertemuan hari Sabtu, dengan fokus pada solusi politik.


Sebuah organisasi hak asasi yang bekerja di daerah tersebut, Fortify Rights, mengatakan pada hari Jumat, ASEAN mengabaikan pemerintah terpilih Myanmar. Selain itu, ASEAN memberikan legitimasi kepada rezim militer yang ilegal dan brutal dengan mengundang pemimpin kudeta ke KTT tersebut.


Direktur Fortify Rights Ismail Wolff mengatakan bahwa apabila Hlaing gagal menunjukkan penghentian segera. upaya kudeta pemerintah militer dan menyerang warga sipil, maka negara-negara anggota ASEAN harus mempertimbangkan untuk mengusir Myanmar dari blok regional. Wolff juga mendesak ASEAN untuk bergabung dengan upaya internasional untuk memberikan tekanan efektif pada rezim pembunuh Myanmar.


Baca pula: Jokowi Ingin Krisis Myanmar Dibahas di Tingkat Tinggi ASEAN


Organisasi Rohingya Burma Inggris (BROUK), yang telah menjadi suara terdepan bagi orang-orang Rohingya di seluruh dunia, juga meminta ASEAN untuk bersatu mendorong junta Myanmar untuk mengakhiri pelanggaran yang mengerikan terhadap orang-orang biasa dan memastikan tidak mengakui militer sebagai penguasa sah negara.


Presiden BROUK, Tun Khin, mengatakan bahwa KTT tersebut adalah kesempatan terakhir ASEAN untuk membuktikan bahwa ia dapat mengakhiri krisis di lingkungannya sendiri.


"Sementara upaya diplomatik negara-negara seperti Malaysia, Indonesia dan Singapura patut mendapat pujian. Ini adalah noda di kawasan secara keseluruhan yang terus mempertahankan Tatmadaw (militer)," tambahnya. "Para pemimpin Asia Tenggara harus bersatu dan mengutuk militer Myanmar atas kekerasan brutal terhadap rakyatnya sendiri sejak kudeta."


Dampak Konflik pada Keamanan Pangan


Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), sebuah kelompok aktivis Myanmar, mengatakan 739 orang telah terbunuh oleh pasukan keamanan sejak kudeta dan 3.300 orang dalam tahanan. Militer Myanmar telah meningkatkan penggunaan kekuatan mematikan karena berusaha untuk memadamkan protes massa terhadap junta, dengan sekitar 250.000 orang sekarang mengungsi, menurut utusan PBB Tom Andrews.


Baca pula: Amerika Berhasil Mempertahankan Taiwan Melawan China, namun Hanya Dalam Mimpinya


Program Pangan Dunia (WFP) PBB memperingatkan Kamis bahwa "kelaparan dan keputusasaan" meningkat tajam di seluruh Myanmar, karena kemiskinan yang sudah ada sebelumnya, COVID-19 dan kekacauan politik.


"Semakin banyak orang miskin kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membeli makanan," kata direktur WFP Myanmar, Stephen Anderson.


"Perlu adanya tanggapan bersama sekarang untuk meringankan penderitaan segera dan untuk mencegah kemerosotan yang mengkhawatirkan dalam keamanan pangan," tambahnya, menurut Agence France-Presse (AFP). Selain itu, WFP mengatakan operasi bantuan makanan baru akan menargetkan hingga 2 juta orang yang rentan, tetapi menurut perkiraan hingga 3,4 juta lainnya akan kelaparan dalam enam bulan.



Halaman:

Tags

Terkini