(KLIKANGGARAN)--Yusuf, seorang bocah Arab berusia 10 tahun yang berasal dari provinsi Salahaddin tengah Irak, menjual kantong plastik di pusat Sulaymaniyah.
Yusuf adalah satu dari ratusan, jika tidak ribuan, anak-anak yang bekerja di wilayah otonom Kurdi Irak utara untuk membantu keluarga mereka - atau hanya untuk bertahan hidup - pada saat uang pemerintah Irak menyusut karena jatuhnya harga minyak, krisis ekonomi dan pandemi yang menyebabkan kekacauan di seluruh dunia.
"Saya tidak pernah bersekolah, [dan] telah bekerja di sini selama lebih dari dua tahun," katanya kepada Middle East Eye. "Orang tuaku dibunuh oleh ISIS."
Banyak keluarga Kurdi, pengungsi internal (IDP), dan pengungsi Suriah terpaksa mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah dan mengirim mereka bekerja dalam kondisi berbahaya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Irak dan Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) telah menderita krisis ekonomi dan keuangan yang mencekik akibat penurunan harga minyak global, karena kedua pemerintah tersebut mengandalkan penjualan minyak untuk lebih dari 90 persen pendapatan mereka.
KRG juga telah berjuang untuk mencapai kesepakatan yang langgeng dengan Baghdad tentang bagian wilayah dari anggaran federal, memperburuk situasi di wilayah Kurdi.
Sebuah studi Bank Dunia yang dirilis bulan lalu membunyikan alarm atas skala di mana anak-anak Irak terkena dampak krisis yang melanda negara itu.
“Kemiskinan meningkat sebesar 11,7 persen sehingga membuat angka kemiskinan menjadi 31,7 persen, dibandingkan dengan 20 persen pada 2017-2018. Anak-anak di bawah 18 tahun menghadapi peningkatan kemiskinan yang lebih tinggi yaitu 15,8 persen, sehingga angka kemiskinan menjadi 37,9 persen di bawah skenario baseline,” baca laporan, yang dilakukan oleh Unicef Irak, Bank Dunia, Kemiskinan Oxford, Prakarsa Pembangunan Manusia dan Kementerian Perencanaan di Irak.
Penganiayaan oleh orang tua
MEE berbicara dengan beberapa anak di bawah 15 tahun yang menjual minuman dan rokok di pasar di pusat Sulaymaniyah, semuanya tanpa mengenakan masker meskipun berisiko tertular atau menyebarkan virus corona Covid-19.
Sebagian besar anak mengatakan mereka telah putus sekolah atau bermaksud berhenti untuk terus bekerja.
“Saya ingin mengumpulkan uang untuk membeli sepeda motor baru,” kata seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang menjual air kemasan.
Bocah Kurdi berusia 13 tahun lainnya yang menjual manik-manik rosario buatan lokal mengatakan dia tidak ingin terjebak di rumah, hanya tidak melakukan apa-apa.
Juru bicara kepolisian Sulaymaniyah Sarkaw Ahmed mengatakan kepada MEE bahwa polisi berpakaian preman sering memeriksa pasar.