(KLIKANGGARAN)--Enrique Ponce, seorang matdor, ditanduk di tempat yang sangat menyakitkan selama adu banteng di Cadiz, Spanyol, saat seekor banteng yang sekarat menyerang dirinya dengan menikam sang matador di bagian belakang sebelum akhirnya banteng tersebut dibunuh.
Olahraga kontroversial, yang telah memecah belah penduduk Spanyol selama beberapa dekade, masih dipandang legal secara hukum dan dianggap sebagai olahraga budaya di negara itu, dengan acara yang menarik banyak orang.
Dalam satu "kontes" antara banteng dan matador, Ponce yang berusia 48 tahun mengklaim kemenangan atas sang banteng yang menjadi lawannya, tetapi tak dinyana, sebelum banteng itu mati, ia sempat meninggalkan sebuah jejaknya, dengan cara yang menyakitkan.
Sebelum Ponce bergerak untuk membunuhnya, banteng itu membalik ke belakang matador, lalu menanduk bagian bokong sang matador. Tandukan tersebut menyebabkan Ponce terlempar ke udara dan ke lantai, di mana dia berbaring telentang, melindungi kepalanya.
Sang matador hanya mengalami cedera ringan, dengan laporan yang menyatakan bahwa ligamen lututnya robek dan mengalami memar. Tapi lain cerita untuk sang banteng itu, banteng itu kemudian dibunuh.
Ponce kemudian melanjutkan untuk membunuh sang banteng dalam acara tersebut, yang berlangsung di hadapan banyak orang. Pertunjukan itu ditonton banyak orang meskipun ada lonjakan kasus COVID-19.
Peristiwa itu dikritik oleh kelompok hak asasi hewan Spanyol La Tortura No Es Cultura (Penyiksaan Bukan Budaya), dengan juru bicara Carmen Ibarlucea menyatakan, "Apakah kita belum mengalami overdosis kematian dan rasa sakit dalam beberapa bulan terakhir ini?"