JAKARTA, Klikanggaran.Com - Para pejabat Amerika Serikat (AS) memercayai bahwa sebanyak 20 juta orang Amerika Serikat telah terpapar virus corona dan jutaan lainnya juga terinfeksi tanpa pernah mengetahuinya.
Angka infeksi itu hampir 10 kali lebih banyak daripada 2,3 juta kasus yang telah dikonfirmasi. Kasus itu muncul ketika pemerintahan Presiden Donald Trump bekerja keras untuk memadamkan kekhawatiran nasional tentang pandemi Covid-19 setelah sekitar 12 negara mengalami peningkatan jumlah kasus.
Para pejabat mengatakan banyak infeksi tidak tertangkap dalam pengujian awal ketika persediaan alat terbatas dan ketika pengujian diprioritaskan pada mereka yang mengalami gejala wabah tersebut.
Anthony Fauci, direktur Institut Nasional untuk Penyakit Alergi dan Penyakit Menular AS menyebut peningkatan kasus virus corona di AS sebagai gelombang yang meresahkan sepefti dikutip Aljazeera.com, Jumat (26/6/2020).
Dua puluh juta infeksi berarti sekitar enam persen dari 331 juta penduduk negara itu yang telah terinfeksi dan sebagian besar penduduk masih rentan terhadap virus. Fauci mengatakan sebanyak 25 persen orang yang terinfeksi mungkin tidak memiliki gejala.
Perkiraan baru itu didasarkan studi Badan Penanggulangan Penyakit AS (CDC) pada sampel darah yang dikumpulkan secara nasional.
Presiden Donald Trump, yang menolak untuk memakai masker di depan umum, telah mengecilkan ancaman virus dengan mengatakan bahwa virus itu akan segera hilang.
Para pejabat senior pemerintahan juga menganggap remeh wabah itu dan berusaha meminimalkan krisis kesehatan masyarakat. Pada April lalu mereka bersikeras bahwa negara itu berada di tempat yang sangat berbeda dengan tempat penyebaran virus di Wuhan, China.
AS mencatat peningkatan sebesar lebih dari 35.000 kasus untuk hari ketiga berturut-turut, menurut data Johns Hopkins dan Bloomberg News. Di antara total jumlah kasus, 1.047.855 orang dinyatakan sembuh dan 124.864 pasien meninggal dunia.
Dilansir Bloomberg, Texas menambah 5.996 kasus baru dalam 24 jam terakhir sekaligus memperbarui rekor peningkatan jumlah kasus selama tiga hari berturut-turut, menurut data departemen kesehatan negara bagian ini.
Lonjakan sebesar 4,8 persen tersebut melampaui rata-rata persentase kenaikan dalam tujuh hari terakhir sebesar 3,9 persen. Sementara itu, angka kematian kenaikan tertinggi secara harian sejak 15 Mei dan tingkat tes positif melonjak menjadi 11,76 persen, tertinggi sejak 16 April.
Pada Kamis, Gubernur Texas Greg Abbott menghentikan pembukaan kembali (reopening) ekonomi negara bagian itu secara bertahap, mengacu pada lonjakan kasus dan perawatan di rumah sakit.
Berdasarkan perintah eksekutif yang diumumkan, bisnis-bisnis yang sudah diizinkan untuk beraktivitas kembali dapat terus beroperasi di bawah batasan tertentu. Fase pembukaan kembali berikutnya telah ditunda, menurut pernyataan dari kantor gubernur.
Sumber: Bisnis.com