(KLIKANGGARAN.Com)--Unilever sedang mempertimbangkan perubahan pemasaran pada garis dominan krim pencerah kulitnya, menurut sumber perusahaan di Asia Selatan, bahkan ketika perusahaan dan para pesaingnya menghadapi reaksi media sosial global yang sedang tumbuh terhadap produk-produk tersebut.
Produk yang dipasarkan sebagai pencerah kulit memiliki pasar besar di Asia Selatan, karena obsesi masyarakat dengan warna kulit yang lebih terang.
'Fair & Lovely' adalah merek Unilever yang mendominasi pasar di Asia Selatan, sementara produk serupa dijual oleh L'Oréal dan Procter & Gamble. Di tengah pemrotesan terkait Black Lives Matter memprotes dalam beberapa minggu terakhir, beberapa perusahaan telah dikritik karena menjual produk yang mempromosikan pewarnaan, atau diskriminasi berdasarkan warna kulit.
Sumber Unilever di Asia Selatan mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan telah mencatat dan mendiskusikan kemungkinan perubahan tetapi tidak ada keputusan yang diambil.
"Percobaan branding akan membutuhkan perubahan besar dan kami sedang mengusahakan ini," kata sumber itu. “Kata-kata seperti 'detoksifikasi kulit', 'peremajaan kulit,' dan 'vitalitas kulit' sedang dipertimbangkan alih-alih 'pencerah kulit'."
Unilever dan Hindustan Unilever tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Tidak segera jelas sejauh mana perubahan yang sedang dipertimbangkan Unilever mengingat pengakuan merek 'Fair & Lovely', yang telah dijual sejak 1975 di India dan menghasilkan sekitar $ 500 juta penjualan di India tahun lalu, menurut laporan Ad Age, mengutip angka-angka Euromonitor.
Tuntutan kepada Unilever untuk menghentikan pemasaran Fair & Lovely telah ada selama bertahun-tahun, tetapi protes sekarang makin meningkat. Bulan ini lebih dari setengah lusin petisi di Change.org didukung ribuan orang, menargetkan Unilever dan unit India-nya Hindustan Unilever. Salah satu pendukung petisi tersebut adalah Nina Davuluri, yang pada tahun 2014 menjadi orang India-Amerika pertama yang dinobatkan menjadi Miss America.
Unilever tengah mempertimbangkan perubahan itu bahkan ketika saingannya Johnson & Johnson mengatakan bulan ini akan berhenti menjual krim pemutih kulit.
Secara terpisah, sebuah sumber dalam dari raksasa produk kecantikan Prancis L'Oréal di India mengatakan perusahaan itu juga melakukan diskusi mengingat reaksi tersebut. Pertimbngan memasarkan produk-produk pencerah kulit di bawah spanduk L'Oréal dan Garnier di India.
"Kami mengevaluasi kembali semua produk kami di Asia Selatan dan Asia Tenggara," kata sumber itu. "Kata-kata seperti pencerah kulit, pemutih, pencerah kulit bisa segera menjadi bagian dari masa lalu pada semua label dan promosi penjualan produk."
L'Oréal India menolak berkomentar. Email ke L'Oréal di Prancis tidak mendapatkan respons segera.
Sumber: Reuters