Jakarta, Klikanggaran.com (11-08-2019) - China harus menjaga mata uangnya tetap fleksibel jika eskalasi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) semakin mengancam ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut, demikian disampaikan International Monetary Fund atau IMF, dalam laporannya seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (11-8-2019).
Laporan terbaru IMF menyatakan, jika AS merealisasikan kenaikan tarif impor sebesar 25% untuk sisa produk China lainnya. Kondisi tersebut dapat memangkas pertumbuhan ekonomi China sebesar 0,8 poin persentase pada tahun berikutnya, bersamaan dengan melemahnya permintaan dan ketatnya kondisi finansial.
Sebelumnya, IMF pun telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada 2019 menjadi 6,2%, karena risiko perang dagang dengan AS yang masih berlangsung sejak tahun lalu.
IMF menyatakan, “Hal tersebut akan mengarah pada dampak negatif yang sangat signifikan secara globa.”
IMF menilai pelonggaran kebijakan lebih lanjut oleh China, terutama melalui langkah-langkah fiskal, akan dibenarkan. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada awal pekan lalu China telah mendepresiasi nilai tukarnya ke level terendah sejak krisis keuangan, yaitu di level 7 yuan per dolar AS.
Pelemahan yuan oleh China sebagai balasan dari ancaman Presiden AS Donald Trump atas kenaikan tarif impor 10% untuk produk China senilai US$300 miliar yang direncanakan berlaku pada 1 September 2019.
Namun, aksi Pemerintah China tersebut pun semakin membuat geram Presiden AS Donald Trump, dan menyebut China sebagai manipulator nilai tukar.
Depresiasi yuan sudah sejalan dengan fundamentalnya, sehingga tidak dinilai terlalu tinggi ataupun undervalued secara signifikan, demikian disampaikan Kepala Misi IMF untuk China, James Daniel
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (9/8/2019), yuan renmimbi berada di level 7,0623 yuan per dolar AS, melemah 0,24%. Sementara itu, yuan offshore melemah 0,31% menjadi 7,0984.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang mayor juga bergerak melemah 0,13% menjadi 97,491.
Di sisi lain, Mantan Gubernur Bank Sentral China, Chen Yuan, mengatakan bahwa pemerintah China harus bersiap untuk konflik jangka panjang dengan AS seiring dengan perang dagang yang diproyeksi akan berkembang menjadi perang mata uang.
DBlasan AS yang menilai China telah memanipulasi mata uangnya akan berdampak pada China lebih dalam dan luas jika dibandingkan dengan efek perang dagang saat ini, demikian dijelaskan Chen.
Lebih lanjut, Chen mengatakan, “Sementara China harus mencoba untuk menghindari perluasan perselisihan dengan AS, pembuat kebijakan harus siap untuk konflik jangka panjang dengan AS terkait mata uang.”
[sumber: Bloomberg]/(emka)