Jakarta, Klikanggaran.com (06-06-2019) -- Sejak China vs Amerika Serikat (AS) terlibat perang dagang, pemimpin kedua negara tersebut saling "gertak". Dimulai dengan saling mematok tarif tinggi untuk barang dan jasa, AS memblokir perusahaan raksasa teknologi China Huawei, lantas giliran China membalas dengan peringatan potensi ancaman kepada pelajar, serta wisatawannya yang akan berpelesir ke AS.
Meredakah? Tidak, justru hubungan kedua negara yang terjadi sejak tahun lalu itu malah meningkat tensinya cukup panas. Kondisi ini kian dicermati sejumlah investor dan analis yang penasaran. Mereka mulai menimbang-nimbang, jurus balas dendam apa yang akan dilancarkan China ke AS.
Salah satu kemungkinannya adalah terkait surat utang milik AS yang dimiliki China. Menurut mereka, China bisa saja menarik dana mereka dari kepemilikan surat utang AS yang senilai US$1,12 triliun. Kemungkinan ini sering didiskusikan Media lokal China.
Kepala Strategi Pendapatan Tetap di Janney Capital Management Guy LeBas menuturkan bahwa langkah itu tentu akan melukai AS. Apalagi, surat utang AS bertenor 10 tahun jadi tolok ukur untuk berbagai kredit, mulai dari kredit rumah, kredit usaha, serta kendaraan.
"Itu lebih mungkin dilakukan saat ini daripada kemungkinan lain yang pernah ada," ujarnya.
Namun, tentu saja langkah itu menimbulkan pro dan kontra. Kepala Strategi Ekuitas Stifel Barry Bannister menyebut, bahkan langkah itu menimbulkan situasi yang lebih buruk bagi ekonomi global. Sebab, sumber daya keuangan China bisa jadi malah melorot.
Apalagi, bila pelepasan surat utang dilakukan ketika imbal hasil tengah lesu. Misalnya saja, ketika China melepas surat utang senilai US$600 miliar dari rentang 2014-2016. Diketahui, saat itu nilai imbal hasil tengah melorot.