Jakarta, Klikanggaran--Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) mengadakan Webinar berjudul “Urgensi dan Posisi Mata Pelajaran Sejarah dalam Bangunan Keindonesiaan”.
Webinar ini dihadiri oleh berbagai organisasi profesi sejarah seperti AGSI, Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), Perkumpulan Prodi Pendidikan Sejarah se-Indonesia (P3SI), dan Perkumpulan Prodi Sejarah se-Indonesia (PPSI). Pada Webinar ini, Mendikbud (Nadiem Anwar Makarim) berhalangan hadir dan posisinya digantikan oleh Sekretaris Dirjen GTK, Kemendikbud, Nunuk Suryani.
Nunuk menyampaikan kebijakan Kemendikbud mengenai Merdeka Belajar. Mengenai draft penyederhanaan kurikulum dan asesmen nasional yang menggeser posisi mata pelajaran sejarah, Nunuk mengelak dengan kembali melempar pertanyaan ini kepada Balitbang, Puskurbuk.
Secara jujur ia mengakui hanya ditugaskan saja karena undangan ke Mendikbud kaitannya dengan Organisasi Profesi. Sumardiansyah Perdana Kusuma selaku Presiden AGSI yang juga penggagas acara ini, mengungkapkan bahwa tujuan dikumpulkannya organisasi profesi kesejarahan adalah untuk membangun ekosistem dan menyatukan mereka yang sudah memiliki eksistensi masing-masing untuk bersama berjuang demi satu kepentingan yang sama.
Sumardiansyah mengingatkan Mendikbud agar jangan sampai diingat dalam memori para guru sejarah dengan catatan yang buruk, hanya karena pada satu periode ada kebijakan yang tidak berpihak kepada mata pelajaran sejarah.
Senada dengan itu Abdul Syukur selaku Ketua P3SI memberi pertanyaan kepada Kemendikbud, apa mungkin membangun Indonesia tanpa sejarah? Tentu rasanya sebuah hal yang mustahil, ujar Syukur.
Raden Mulyadi yang juga Ketua PPSI memaparkan mengenai pentingnya ilmu sejarah dalam tataran akademik dan praksis. Menurutnya sejarah adalah cara berpikir kritis dalam memilah berbagai informasi. Andi Achdian dari MSI menyoroti mengenai pengetahuan sejarah yang selalu berkembang. Ia mendorong agar penulisan sejarah memasukan tema-tema sosial, gender, HAM, dan menitikberatkan pada nilai-nilai kemanusiaan.
Pertemuan ini menghasilkan beberapa rekomendasi yaitu:
1. Sejarah adalah instrument fundamental dalam pembangunan karakter bangsa
2. Sejarah bukan sebatas romansa masa lalu, melainkan referensi dalam kehidupan dan panduan untuk kita menentukan arah perjalanan bangsa ini
3. Batalkan draft Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional
4. Tempatkan mata pelajaran sejarah Indonesia dalam kelompok wajib dengan jumlah jam proporsional, yang diberikan untuk semua anak bangsa di semua kelas dan jenjang
5. Gotong royong menjadikan mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran yang berbasis pada pendekatan multidimensional dengan berorientasi pada keterampilan berpikir dan kesadaran sejarah
6. Melibatkan akademisi, praktisi, dan organisasi profesi dalam setiap kajian dan pengambilan kebijakan, terutama yang berkaitan dengan bidang kesejarahan