Klikanggaran.com – Sabtu (16/05) lalu, IKA Lembaga Kajian Mahasiswa (LKM) UNJ berkerjasama dengan IKA Prodi Elektro UNJ serta HIPMI PT Jaya melaksanakan diskusi online bertemakan ”Produktifitas Selama Bulan Ramadhan Di Masa Panedmi Covid-19”.
Diskusi tersebut adalah seri ke-2 dari program bidang kajian IKA LKM UNJ yang merupakan hasil dari penyerapan aspirasi anggota terhadap permasalahan yang sering muncul ditengah-tengah masyarakat. Ketua IKA LKM, Masus Subekti, MT menjelaskan dalam pembukaannya bahwa kegiatan ini merupakan hasil kerjasama dengan IKA Prodi Pendidikan Elektro dan HIMPI PT Jaya untuk mengupas dan memberikan solusi terhadap pelaku usaha, bidang pendidikan dan bidang keagamaan.
Kemudian dilanjutkan dengan sambutan Rektor UNJ, Dr. Komarudin, M.Si yang memberikan pesan bahwa IKA LKM UNJ adalah organisasi alumni yang memiliki kekuatan dibidang penalaran, yang harus terus menerus memberikan kontribusi nyata dalam hal ide dan gagasan untuk memberikan alternatif peyelesaian masalah yang berkembang dimasyarakat.
“Aktivitas keagamaan dan pendidikan harusnya malah memiliki waktu luang yang lebih karena berada dirumah pada masa pandemi covid19, ini mejadi peluang bagaimana setiap individu bisa lebih produktif lagi untuk beribadah dirumah juga bagi para dosen, guru dan mahasiswa bisa lebih produktif lagi dalam mengajar belajar serta menulis. Apalagi sebagai guru, ini momentum untuk mengimplementasikan kemerdekaan belajar yang diminta oleh menteri pendidikan, agar guru memaksimalkan potensinya tuk memberikan materi, media dan strategi belajar sebagai bentuk kemerdekaan belajar dalam menjalankan keprofesioanalan kompetensinya.” ungkap Rektor UNJ dalam sambutannya sekaligus membuka dengan simbolik rangkaian diskusi.
Berbeda dengan dunia usaha, yang memang memiliki dampak cukup signifikan akibat pandemi covid-19. Tetapi tidak semua lini usaha terdampak, karena usaha yang bersifat mikro atau usaha mikro kecil menengah (umkm) masih bisa berkembang karena berinteraksi langsung antar masyarakat yang memang sudah memiliki pangsa pasarnya sendiri.
Yang membedakan bulan Ramadhan kali ini dengan sebelumnya adalah bertepatan dengan wabah pandemi covid-19. Semua aktivitas dan program diseluruh jenis bidang harus menyesuaikan dan beradaptasi secara cepat dan benar. Tidak terkecuali dengan aktifikas dibidang ekonomi, pendidikan dan keagamaan. Ketiga bidang ini sangat terasa dampak dari pandemi dan bisa menjadikan blunder kala tak siap dalam antisipasi dan solusi.
Dalam bidang kesehatan, secara cepat dan tepat dapat memiliki SOP dari WHO maupun lembaga profesional untuk melaksanakan standar penanganan dan pelayanan dalam pencegahan dan pengobatan orang terinfeksi covid-19. Tapi lain halnya dengan tiga bidang tadi yaitu ekonomi, pendidikan dan keagamaan, kita masih terkejut dan gagap dalam menjalankan aktifitas ditengah situasi pandemi covid-19.
Dalam bidang ekonomi, sudah banyak pelaku usaha yang menyuarakan keresahan dan kesulitan untuk dapat mempertahankan usahanya, bidang pendidikan pun harus mentrasnformasi proses pembelajaran dengan segala keterbatasan teknologi dan informasi. Dan tidak kalah menarik, pandemi yang bertepatan dengan bulan Ramdhan, dijadikan ajang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan melalui syiar ibadah dan aktivitas lainnya.
Hadir para narasumber dalam diskusi ini, yaitu M. Aaron Annar Sametoding (wakil ketua umum BPD HIPMI Jaya), Basuki Surodjo (Ketua Umunm BPC HIMPI Jakbar), Yuli Rahmawati, M.Sc, Ph.D ( Ketua Prodi Pendidikan Kimia UNJ) dan Dr. Samsi Setiadi, M.Pd (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FBS UNJ). Melalui diskusi ini diharapkan agar peserta dan masyarakat secara umum dapat diberikan pandangan dan strategi dalam meningkatkan produktifitasnya dalam 3 bidang tersebut dengan cara-cara yang efektif dan pastinya berbeda dengan kondisi normalnya.
Menurut Aaron Annar Sametoding ada 11 bidang usaha yang diberikan perhatian khusus oleh pemerintah, ini karena bidang usaha tersebut adalah yang terdampak langsung pandemi Covid19. Bidang itu yaitu 1) pangan seperti peternakan, perikanan, perkebunan dan agrikultura, 2) perdagangan bebas dan eceran, 3) ketenagalistrikan dan energi terbarukan, 4) minyak dan gas bumi, 5) tambang dan batu bara, 6) Kehutanan, 7) pariwisata dan ekonomi kreatif, 8) telekomunikasi dan penyelenggara internet, 9) logistik, 10) transportasi darat, udara, angkutan sungai dan penyeberangan dan 11) konstruksi. Inilah 11 sektor usaha dan jasa yang diberilkan insentif pajak oleh pemerintah dengan harapan tidak terjadi phk secara besar-besaran. Industr yang terdampak adalah industri yang bersifat offline dibandingkan dengan industri online. Mereka tidak bisa beradaptasi secara online karena memang harus untuk hadir secara fisik seperti sektor pariwisata. Maka disini terjadi krisis ekonomi yang memungkinkan terjadinya resesi.
“….yang lebih menjanjikan adalah ekonomi kreatif karena ia berfungsi menyumbang 1.000 trilyun terhadap PDB kita. Bidang ini juga menyerap lapangan pekerjaan yang cukup banyak. Phase pandemi terbagi tiga yaitu disrupsi yaitu perubahan live style dll, confuse yaitu kebingungan dalam menghadapi kehidupan yang berbeda dan adaptasi “The New Normal” adalah bagaimana setiap individu menemukan pola pola kehidupan yang baru. Pasca pandemi ini akan ada trend yang berkembang yaitu setiap individu akan lebih banyak dirumah, kebutuhan akan lebih mementingkan kebutuhan dasar maslow yaitu pangan dan kesehatan tidak lagi aktualisasi diri, pemanfaatan teknologi virtual, dan yang terakhir adalah semakin meningkatnya empatik, solider dan saling membantu.” ungkap Aaron Annar dalam pemaparan nya.
Diskusi tersebut berjalan baik dan dihadiri 150 peserta dari berbagi instansi dunia usaha, perguruan tinggi, sekolah maupun lembaga pemerintahan lainnya dan berbagai daerah luar negeri maupun dalam negeri.