Jakarta, Klikanggaran-- BEMP Pendidikan Sejarah FIS UNJ, di bawah Koordinasi Program Studi Pendidikan Sejarah UNJ, menyelenggarakan Seminar Nasional lewat zoom meeting bertajuk "Arah Penulisan Sejarah", pada Kamis, 14 Januari 2021.
Kresno Brahmantyo (UI), Wildan Sena (UGM) dan Sinta Ridwan (Filolog) menjadi narasumber dalam seminar nasional tersebut. Sementara M. Hasmi Yanuardi (Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNJ) menjadi moderatornya. Seminar dengan pembawa acara oleh Venesia (Duta FIS UNJ) itu dihadiri 410 peserta dari berbagai daerah di Indonesia dan juga luar negeri.
Dalam sambutannya, Humaidi, Koordinator Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNJ, mengatakan bahwa penulisan sejarah senantiasa berkembang dari masa ke masa, seiring ditemukan sumber baru dan interpretasi baru terhadap sumber. "Dimasa sekarang, sumber berupa naskah klasik, sumber digital dengan beragam pendekatan dapat dioptimalkan untuk memperkaya penulisan sejarah", tuturnya.
Dalam paparan pertama, Sinta Ridwan mengatakan bahwa saat kita menulis sejarah dengan metode yang baru, jangan lupa juga dengan keberlangsungan pembelajaran sejarah di sekolah. "siswa dapat diajak belajar lebih aktif, belajar dari pengalaman atau lingkungan sendiri", tutur Sinta.
Lebih lanjut Sinta mengajak agar siswa juga dapat diperkenalkan dengan manuskrip sejak dini lewat kolaborasi sejarah lokal dan sejarah lisan setempat serta merekontruksi ingatan historis menjadi ikatan emosional untuk memperkuat identitas dan karakter bangsa.
Pada bagian kedua, Wildan Sena menguraikan bahwa tantangan pengembangan pendekatan transnasional dalam penulisan sejarah sangat besar, tetapi agaknya kurang banyak dilakukan dibandingkan pendekatan sejarah lokal dan sejarah lainnya.
Beberapa kajian yang ditulis Taufik Abdullah, Darsiti Suratman dan Azyumardi Azra dapat dijadikan model, bagaimana melakukan penulisan sejarah dengan pendekatan ini. "Mungkin karena biaya yang berat, membuat banyak yang mundur menggunakan pendekatan ini", tutur Wildan.
Sebagai nara sumber pamungkas, Kresno Brahmantyo banyak menyoroti keberadaan sejarah digital. Menurut Kresno, sejarah digital menjadi sebuah trend dimasa kini, dimana pameran arsip saja sudah bisa dinikmati secara virtual.
Arsip digital juga sudah bertebaran di dunia online yang membuat pencarian sumber menjadi lebih mudah. semua sumber dapat ditemukan lewat gawai, yang jika kita cari secara fisik bisa saja malah tidak ada. Keberadaan museum virtual juga cukup baik agar orang mau belajar sejarah, walaupun ada kekhawatiran jika kelak orang malah menjadi malas ke museum. "bagaimanapun, ada yg tidak bisa digantikan dari museum fisik, ketika virtual museum tidak bisa menyentuh, melihat langsung secara utuh dan merasakan baunya", tuturnya.
Kegiatan seminar nasional ini, merupakan kegiatan penutup BEMP Pendidikan Sejarah 2019-2020 yang dipimpin oleh Rizki Muhammad.