KLIKANGGARAN – Suasana mencekam, ruangan gelap gulita, dan aksi heroik peserta yang bertahan dengan cahaya ponsel menjadi puncak ketegangan Munas VII Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) di Jakarta, 21-23 Februari 2025. Forum yang seharusnya berjalan damai berubah menjadi ajang pertarungan sengit antara status quo dan pembaruan, diakhiri dengan terpilihnya Fathan Subchi sebagai Ketua Umum PB IKA PMII 2025-2030. Namun, jalan menuju penetapan itu penuh liku: pemadaman lampu mendadak , kecurigaan sabotase, hingga aksi kurang terpuji mantan ketua yang melempar mikrofon !
Munas Penuh Intrik: Dari Pembatasan Jabatan Hingga "Kudeta" di Ruang Gelap
Munas yang dihadiri 32 perwakilan wilayah ini sejak awal diwarnai gesekan politik. Keputusan kontroversial pembatasan masa jabatan Ketua Umum maksimal dua periode menjadi pemicu. Aturan ini memangkas peluang Ahmad Muqowam – yang telah memimpin sejak 2013 – untuk kembali mencalonkan diri. Namun, Muqowam tak tinggal diam.
Sabotase atau Kecelakaan? Pimpinan Sidang "Menghilang", Lampu Padam!
Menurut Yayat Hidayat , Sekretaris PW DKI Jakarta, sidang awalnya berjalan lancar. Tiba-tiba, pimpinan sidang Sastro meninggalkan forum tanpa alasan jelas. "Padahal tidak ada keributan atau *force majeure*," tegas Yayat. Skors 15 menit molor menjadi 2 jam, dan ruangan tiba-tiba gelap saat ketegangan memuncak. Peserta menduga ada tangan tak terlihat yang ingin menggagalkan pemilihan.
Epik! Pemilihan Ketua Umum di Bawah Cahaya HP, Mikrofon Terbang, dan Aksi Walk Out
Ketika sidang hendak dilanjutkan, Ketua Panitia Sudarto tiba-tiba menunda sidang. Muqowam kemudian muncul, berpidato dengan emosi sambil membanting mikrofon . "Munas belum selesai!" serunya. Namun, peserta bergerak cepat. Dipimpin Thoriqul Haq (PW Jawa Timur), mereka mengambil alih pimpinan sidang dengan flashlight ponsel sebagai penerang.
188 Suara untuk Perubahan: Fathan Subchi Menang, Muqowam Menolak Legitimasi
Dalam voting terbuka dramatis, Fathan Subchi meraih 188 suara. Keputusan disahkan melalui mufakat, dengan M. Nur Purnamasidi sebagai Sekjen. Di pidato perdana, Fathan menyerukan persatuan: "Mari bangun IKA PMII yang lebih inklusif dan progresif!" Sementara Muqowam bersikeras menolak hasil, menyebut sidang "ilegal".
Pasca-Munas: Konsolidasi atau Pecah Kongsi?
Yayat mendesak segera dibentuk tim formatur dan pernyataan kesahan Munas yang ditandatangani seluruh PW. "Ini bukan kemenangan kelompok, tapi kemenangan demokrasi," tegasnya. Meski diwarnai friksi, mayoritas peserta yakin kepemimpinan Fathan bisa membawa angin segar.
Penutup: Cahaya di Ujung Gelap
Munas VII IKA PMII mungkin akan dikenang sebagai momen ketika kegelapan justru melahirkan terang . Di tengah upaya penghentian sepihak, solidaritas peserta mengukuhkan bahwa demokrasi tak bisa dipadamkan – bahkan dengan mematikan lampu sekalipun. Kini, bola ada di tangan Fathan: bisakah ia memenuhi harapan sebagai agent of change. Kami optimistis, bagaimana dengan kamu?
---
Catatan Redaksi:
Simbolisme cahaya ponsel vs pemadaman listrik menjadi metafora kuat perlawanan terhadap otoritarianisme. Apakah ini awal kebangkitan IKA PMII, atau sekadar episoda dramatis dalam buku sejarah organisasi? Waktu yang akan menjawab.
Artikel Terkait
MUNAS VII IKA PMII: Sekretaris PW IKA PMII DKI Jakarta, Yayat Hidayat, Tegas Tolak Wacana Presidium
MUNAS VII IKA PMII, Momentum Regenerasi Kepengurusan
Munas VII IKA PMII: Desakan Regenerasi Menguat, Suara Kader Kian Lantang
Tantangan Zaman dan Kepemimpinan Baru: Munas VII IKA PMII Jadi Titik Balik
IKA PMII: Regenerasi atau Stagnasi? Munas VII Jadi Penentu
Fathan Subchi Terpilih sebagai Ketua Umum IKA PMII dalam Munas VII di Jakarta
Drama Pemilihan Ketum PB IKA PMII: Saatnya Alumni PMII Bergerak dan Saling Menguatkan
Betulkah Ada Itikad Jahat dalam Munas?: Peserta Munas VII IKA PMII Gagalkan Upaya “Sabotase” Sidang Pemilihan Ketua Umum