peristiwa

CBA: Sepotong Galau di Hati Seorang LBP

Senin, 29 Juni 2020 | 14:44 WIB
Luhut


Jakarta,Klikanggaran.com - Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi, menuturkan pertandingan debat antara RR (Rizal Ramli) melawan LBP (Luhut Binsar Pandjaitan) dibatalkan. Menurutnya, pembatalan debat ini mengingatkan kepada sebait syair dalam lagu dangdut, lagu tersebut berjudul "kegagalan cinta" yang sering didendangkan oleh Rhoma Irama. Sedangkan isi bait syairnya kira kira begini, "LBP yang memulai, LBP yang mengakhiri".


"Syair lagu kegagalan cinta memang sebuah lagu galau. Kegalauan lagu ini, sama kaya sepotong hati LBP yang sering meresahkannya. Bingung memilih antara mengikuti atau membatakan acara debat terbuka. Bila memilh ikuti debat, takut bikin malu dan salah di depan publik. Nanti apa kata dunia, kalau pejabat tinggi negara sekelas LBP dijadikan bahan ketawaan ketika ada sedikit kesalahan dalam berdebat," ujar Uchok melalui keterangan persnya, Senin (29-6).


Untuk menghindari rasa malu, kata dia, akan lebih baik bagi LBP memutuskan bahwa debat dengan RR itu dibatalkan. Pembatalan debat ini sesuai dengan latarbelakang LBP yang pernah menjadi seorang militer.


"Mana ada debat debatan dalam tradisi militer. Haram dalam diri seorang tentera itu saling berdebat, atau mau saling mengkritik diantara mereka sendiri. Yang ada hanya satu komando, memberikan perintah ke bawah tanpa ada forum diskusi, atau debat debatan seperti orang orang sipil," imbuhnya.


Dijelaskannya, memang tidak bisa disangkal bahwa yang mulai mengumbar tantangan untuk berdebat itu adalah LBP. Tapi keinginan LBP untuk berdebat, kata Uchok, seperti mau melayani RR atau dengan tokoh yang lainnya bukan dengan cara buka-bukaan di publik.


"Sangat pamali bagi mantan tentera atau pejabat tinggi negara buka bukaan di depan orang banyak. Takut dituduh porno alias membuka rahasia negara," ujarnya.


Dikatakan Uchok, sebetulnya yang ingin LBP lakukan adalah berdiskusi, bukan berdebat. Berdiskusi sambil duduk bersama dalam sebuah ruangan. Cara berdiskusi bukan saling menyerang, tapi lebih enak saling berbisik-bisikan seperti orang yang sedang berpacaran.


"Tidak boleh ada suara suara yang lain yang kedengaran dalam ruangan tersebut. Selain suara mereka berdua saja. Biar dibilang mesra gitu," kata Uchok.


"Atau tidak usah debat atau bikin Acara diskusi. Lebih baik beraudensi saja. Para promotor debat sekalian membawa RR bersama rombongan lain ke kantor LBP," sambungnya.


Menurut Uchok, hal seperti ini pernah dilakukan oleh dosen senior Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Djamester Simarmata, yang datang ke Kantor LBP. Dimana Djamester diterima langsung oleh LBP, lalu mereka berdiskusi amat serius. Tapi itu, tidak tahu apa hasil diskusi diantara mereka berdua. Tiba tiba saja, dua duanya sama sama saling memuji, dan menganggap tidak ada yang menang atau kalah. Ini namanya diskusi Naif.


"Meskipun demikian, setelah pasca dibatalkannya debat dengan RR, banyak publik heran kepada LBP. Biasanya banyak koar-koar, mengumbar umbar narasi apapun ke publik. Sekarang seorang LBP tiba-tiba banyak diam, atau sangat pelit ngomong ke publik. Mungkin sudah kapok kali tidak mau lagi menantang pengkritik pemerintah," jelasnya.


"Kalau saat ini LBP dinilai kapok untuk bicara apapun, pasti penilaian ini salah. Coba lihat komentar LBP, ternyata Masih banyak di media online dan bertebaran di berbagai media. Namum begitu, ternyata ada yang berubah dengan Gaya bicara LBP tersebut. Dulu gaya bicara LBP itu meletup letup seperti Anak ABG (Anak Baru Gede atau anak buah Gus Dur ?). Memperlihatkan gaya bicara sok tahu, sok berkuasa, dan sok berani menentang publik," lanjutnya.


Meskipun demikian, kata dia, saat ini gaya bicara LBP lebih dewasa, dan narasi mulai terukur. Tapi iya itu, narasinya masih kurang fokus pada tugas dan fungsi sebagai menko kemaritiman. LBP masih terlalu banyak ngomong soal investasi daripada kemaritiman. Seolah olah bidang kemaritiman itu tidak begitu penting untuk diwacanakan ke publik


"Jangan jangan ketidak fokusan LBP dalam mengangkat narasi maritim karena kebingungan sendiri. Ketika kementerian kordinator maritim ditambah dengan nomenklatur Investasi seperti dibuat buat. Antara maritim dengan Investasi, memang tidak nyambung, tidak ada hubungannya sama sekali. Jadi penambahan nomenklatur Investasi hanya penambahan kekuasaan agar bisa intervensi kepada lembaga yang mengurusi investasi."

Halaman:

Tags

Terkini