peristiwa

Terkait Uighur, Muhammadiyah Minta China Berikan Kebebasan Beribadah

Kamis, 19 Desember 2019 | 13:36 WIB
IMG_20191219_130311


Jakarta, Klikanggaran.com

 

Ketua Hubungan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah, Muhyiddin Junaidi meminta kepada Pemerintah China agar memberikan keleluasaan beribadah bagi muslim Uighur di China.

 

"Telah kami sampaikan ke Menlu RI, Ibu Retno. Ada beberapa poin antara lain kami minta kepada pemerintah China agar memberikan kebebasan kepada umat Islam untuk melaksanakan ibadah secara terbuka karna itu dijamin oleh piagam PBB," ujarnya dalam jumpa pers setelah mengunjungi China beberapa waktu lalu.

 

Baca juga: Langkah PPATK Ungkap Pencucian Uang di Kasino: PPP Membela, PKB Mengkritik!

 

Dalam kunjungannya, delegasi ormas-ormas Islam Indonesia dari Muhammadiyah, PBNU dan MUI jumlahnya 15 orang. Masing-masing ormas mengirim 5 orang dan 3 wartawan dari media cetak dan elektronik. Mereka diundang oleh Kedubes China untuk Indonesia, berkunjung ke Xinjiang Autonomy Region.

 

"Sampai di Beijing, kami biasalah berkunjung, bersilaturahmi dengan Bapak Dubes. Kemudian ada ceramah malam dan makan malam. Dia pun memberikan gambaran soal Xinjiang Uighur Autonomy Region tersebut," kata Junaidi.

 

Pihaknya juga bertemu dengan CIA (China Islamic Association) yang kebetulan baru atau asosiasi muslim China. Setelah itu, ia langsung menceritakan ketibaannya di Xinjiang. Dalam beberapa momen dan pertemuan, pihaknya mengaku mengalami beberapa peristiwa yang janggal atau aneh dalam kunjungannya tersebut.

 

Salah satunya, ketika seorang jurnalis ingin membeli sebungkus rokok. Saat itu ia menceritakan ada petugas yang menghadang jurnalis itu untuk membeli rokok. Bahkan, petugas itu memberikan rokok kepada sang wartawan agar ia tidak keluar dari hotel. Begitu juga sebaliknya saat wartawan ingin keluar hotel untuk membeli air mineral.

 

Begitu juga saat dia berkunjung ke museum tindak kekerasan yang dilakukan oleh masyarakat Uighur terhadap masyarakat sipil di Xinjiang. Kala itu, ia merasakan keanehan saat foto-foto yang terpampang di sana memberikan gambaran terkait penindasan yang dilakukan oleh kaum Uighur terhadap warga sekitar.

 

Pengalaman aneh lainnya yang ditemui Junaidi, yaitu saat ia berkunjung re-education di Xinjiang. Di sana, penghuni tidak boleh melaksanakan kegiatan agama.

 

"Jadi selama re-education tidak boleh shalat, baca Al-Quran, tidak boleh puasa, makan apa adanya yang disajikan oleh pemerintah. Itu CCTV every corner. Jadi kalau China mengembangkan artificial intelligence, saya pikir dari situ semua bisa terkontrol," paparnya.

 

Beberapa point kejanggalan tersebut menurutnya sudah ia sampaikan kepada Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi. Pihaknya meminta Pemerintah China memberikan kebebasan beribadah bagi umat muslim di sana.

 

Baca juga: Penyelewengan Jabatan, Ketum PERPESMA Joe Rizal Dipecat Dewan Pendirinya

 

Pemilihan Presiden Tetap 2 Periode

Tags

Terkini