peristiwa

Tamparan Keras untuk Erwan Pelawi yang Bisu dan Bermuka Tebal Saat Ditanya Soal Kinerja Holding BUMN Perkebunan

Sabtu, 14 Oktober 2017 | 18:02 WIB
images_berita_Okt17_AB

Jakarta, Klikanggaran.com (15/10/2017) - Menarik sekali untuk menjadi bahan perhatian pemerintah dalam melihat lebih dalam lagi keadaan holding BUMN saat ini. Khususnya pada kondisi holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang dikatakan oleh Mara Salem Harahap pada artikel sebelumnya tengah sekarat.

Sebelumnya, Mara Salem Harahap mengungkapkan kekecewaannya atas kondisi holding BUMN yang tengah sekarat tersebut. Ia merasa sangat kecewa sekali jika ada klaim dari Dirut Holding Dasuki Amsir, bahwa PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Holding meraup laba bersih dari Januari sampai akhir Agustus yaitu sekitar Rp 487 miliar. Dirilis pada Jumat 13 Oktober 2017 kemarin.

Padahal faktanya, yang diungkapkan Mara sangat dipahami bahwa telah kehilangan pendapatan yang dialami oleh Holding Perkebunan pada tahun 2016 sekitar Rp 6 triliun untuk semua komoditi. Termasuk CPO dan gula sebagai penyumbang terbesarnya.

"Tentunya dengan potensi kehilangan tersebut, pendapatan di tahun 2017 bisa jadi lebih parah, hampir sekitar 15 PKS tidak beroperasi," ujar Mara Salem Harahap di Pematang Siantar pada Sabtu (14/10/2017).

Menurutnya, rilis tersebut tak lebih sebagai bentuk pencitraan untuk menutupi salah kelola proses bisnis terhadap perusahaan selama ini.

Selain itu, lanjut Mara, hal itu bisa saja tertolong oleh iklim dan harga komiditi yang lagi baik.

"Itu pun belum final, karena mungkin banyak pembayaran kepada bank, pajak, dan pihak ketiga belum dilakukan oleh holding. Jadi, apa yang disampaikan oleh Dasuki itu semua dikaitkan dengan target RKAP yang sudah direvisi. Kemudian, setelah target RKAP awalnya terlalu sulit untuk dicapai. Karena faktanya hanya kinerja PTPN III dan PTPN V sedikit di atas target RKAP revisi. Artinya, ada 12 anak perusahaan holding di bawah target RKAP revisi. Jadi Dasuki Amsir jangan sok hebat bahwa ini adalah sebuah prestasi. Malah kalau disandingkan dengan kebun-kebun swasta yang produksinya bisa sangat tinggi, di atas lahan kelas 2 dan kelas 3. Seharusnya Dasuki Amsir malu hati dan lempar handuk saja, karena faktanya selama dia menduduki Direktur Utama PTPN IV ternyata kinerjanya anjlok di posisi 5, di bawah PTPN V dan PTPN VI. Padahal, dulu ketika dikendalikan Dahlan Harahap pada era 2007 s.d 2012, posisi PTPN IV dengan PTPN III terus salip-salipan di setiap tikungan," tutur Mara.

Jadi, tambah Mara, kondisi holding perkebunan saat ini semakin sekarat, bisa jadi karena salah satu penyebabnya adalah banyaknya penempatan orang sebagai direksi tidak sesuai dengan keahliannya.

Contohnya, lanjut Mara, pada saat dikonfirmasi beberapa pertanyaan kepada Direktur Operasional Holding, Erwan Pelawi, dengan ditembuskan kepada Deputi Meneg BUMN, Wahyu Kuncoro, Komut Holding Joefly Bahruni, dan Dirut Holding, Dasuki Amsir, ternyata semuanya membaca pertanyaannya saja. Tetapi, tidak satu pun yang berani menjawabnya.

"Bisa jadi mereka lagi bingung gimana cara menjawabnya, karena semua yang saya tanyakan itu berarti mengandung kebenarannya. Bahkan mungkin Erwan Pelawi, Dasuki Amsir, Joefly Bahruni, dan Wahyu Koncoro, menganggap Holding PTPN ini milik mereka sendiri. Bukan milik negara, karena kalau mereka sadar itu milik negara, ada aturan yang harus mereka sadari soal hak publik yang mengetahui soal kinerja perusahaan milik negara sesuai Undang-Undang Bomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi terhadap publik," tutupnya.

(Baca juga: Kinerja Holding BUMN Perkebunan Sekarat, Inilah Penyebabnya)

Tags

Terkini