Jakarta, Klikanggaran.com (16/11 /2017) – Diketahui, Setya Novanto (Setnov), Ketua Umum Partai Golkar, saat ini dikabarkan sedang menjadi buronan, atau sedang dicari oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Anggapan dan dugaan ini bergulir setelah tadi malam KPK gagal menjemput paksa Setnov di rumah mewahnya di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Belum ditemukannya Setnov oleh Tim KPK ini, diramalkan dampaknya akan berpengaruh juga pada elektabilitas Partai Golkar pada pemilu 2019 nanti. Dan, publik memperkirakan akan banyak yang menjadi "ogah" memilih Golkar, karena Ketua Umum Golkar yang dinilai tidak taat kepada hukum. Atau, Setnov sedang ingin memperlihatkan bahwa dia punya kekebalan hukum?
Tidak sedikit juga publik yang menilai, elektabilitas Partai Golkar di bawah kepempinan Setnov memang sudah merosot, alias mengalami penurunan. Hal ini juga yang mungkin sangat ditakutkan oleh Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, Akbar Tandjung, yang menyebutkan bahwa status hukum Setnov dapat menggerus elektabilitas Golkar. Karena saat ini opini publik terhadap Golkar terlihat terus mengalami penurunan.
Untuk itu, setelah Setnov dikabarkan menjadi buronan KPK, banyak yang menyarankan, sebaiknya para pengurus Partai Golkar segera menyelamat Golkar dari image buruk akibat status tersangka Setnov. Karena kalau pengurus partai Golkar tidak menjalankan hal itu, maka dikhawatirkan rakyat akan meninggalkan partai Golkar.
Ada yang berasumsi, Setnov tidak akan bisa lagi mengurusi partai Golkar, karena jangankan mengurusi partai Golkar, untuk mengurusin diri sendiri saja Setnov sudah tidak mampu lagi. Saat ini dia seperti harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindari kejaran Tim KPK. Akibatnya saat ini, Setnov sudah seperti menjadi musuh bersama publik, karena tindakannya yang seolah ingin melawan KPk.
Dan, jika Setnov sudah menjadi musuh bersama publik, lalu pertanyaannya adalah, apakah partai Golkar juga ingin menjadi musuh bersama publik? Tentu jawabannya ada di pengurus partai Golkar. Bagaimana mereka bisa memisahkan image partai Golkar dengan status tersangka Setnov.