Jakarta, Klikanggaran.com – Seperti diketahui, dari tahun ke tahun Hari Kesaktian Pancasila selalu diperingati pada tanggal 1 Oktober.
Mungkin, masih banyak orang bertanya-tanya, mengapa peringatan Hari Kesaktian Pancasila ditetapkan pada tanggal 1 Oktober? Mungkin juga sudah banyak yang lupa akan sejarah lahirnya Pancasila itu sendiri.
Menyambut detik-detik peringatan Hari Kesaktian Pancasila, tak ada salahnya kita mengenang kembali sedikit sejarah lahirnya Pancasila.
Baca Juga: Yuk, Simak! Mengenal Rebo Wekasan dan Amalan di Hari Tersebut
Pada tanggal 1 Maret 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat.
Dalam pidato pembukaannya, dr. Radjiman antara lain mengajukan pertanyaan kepada anggota-anggota Sidang, "Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?"
Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila".
Baca Juga: Digagalkan, Upaya Penyelundupan Ribuan Benih Bening Lobster di Cilacap Jawa Tengah
Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal "Pancasila" pertama kali dikemukakan oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPKI, Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat, dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI.
Oleh karenanya, sejak tahun 2017, tanggal 1 Juni resmi menjadi hari libur nasional untuk memperingati hari "Lahirnya Pancasila".
Baca Juga: Hasil Kajian, Pantura Jawa Tengah Terancam Tenggelam. Pemprov Akan Belajar dari Belanda
Kemudian, pada tanggal 30 September 1965 terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya.
Akan tetapi, otoritas militer dan kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.