komunitas

Indonesia Harus Waspada Akan Aktivitas Terorisme Anti-Cina di Tengah Pandemi Virus Corona

Selasa, 7 April 2020 | 16:44 WIB
Tak Perlu Takut Teror


(KLIKANGGARAN)--Afiliasi Negara Islam (Islamic State atau ISIS) di Indonesia telah meningkatkan retorika anti-Cina mereka di media sosial di tengah pandemi global coronavirus, demikian disampaikkan sebuah think tank yang berbasis di Jakarta untuk memperingatkan Pemerintahan Joko Widodo bahwa mereka harus "berhati-hati" untuk kemungkinan serangan di masa depan.


Dalam laporan terbarunya yang dirilis minggu lalu, Institut Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) menunjuk sebuah plot yang sebelumnya tidak diungkapkan, yaitu rencana untuk menyerang pekerja Cina di Banten, Jawa Barat di mana rencana tersebut  "dibahas" tahun lalu oleh seorang pendukung ISIS yang menikam dan melukai mantan Menkopolhukam,  Wiranto, yang menjadi  target kelompok teror itu.


Baca Juga: PM Inggris Masuk ICU, Membutuhkan Oksigen setelah Gejala COVID-19 Memburuk


"Retorika anti-Cina yang intensif pada beberapa situs media sosial ekstremis tampaknya tidak diimbangi oleh peningkatan dalam plot terhadap target China tetapi tetap sesuatu yang harus diperhatikan," kata laporan itu. "Sebagian besar retorika itu murni pidato kebencian rasis." Pertanyaannya sekarang adalah apakah pendukung Isis di Indonesia akan menggunakan coronavirus sebagai alasan untuk memperluas penargetan di luar kepolisian ke target domestik atau internasional China. ”


Sejak Januari 2014, 19 orang polisi Indonesia telah tewas oleh militan yang terkait dengan ISIS, dan 71 lainnya luka-luka. Sementara itu, Polisi telah menangkap lebih dari 1.000 tersangka teroris selama periode yang sama.


IPAC mengatakan wabah virus, yang pertama kali dilaporkan di kota Wuhan di Cina, telah memicu sentimen anti-Cina yang meluas jauh melampaui komunitas pro-ISIS Indonesia, dimainkan masuk ke dalam masalah politik oleh berbagai segmen masyarakat terkait ketergantungan Pemerintahan Presiden Joko Widodo terhadap  Cina dalam pembangunan infrastruktur dan investasi asing.


Baca Juga: Sambil Sosialisasi Kewajiban Bermasker, Alumni PMII UI Bagikan Nasi Bungkus untuk Pekerja Informal di Depok


Rencana serangan tahun lalu terhadap pabrik semen di provinsi Banten telah berupaya mengeksploitasi kemarahan pekerja lokal terhadap pekerja Cina yang berjumlah 181 yang  bekerja di pabrik itu, banyak di antaranya merupakan pekerja semi-terampil.


Orang yang telah membahas pelaksanaannya adalah Syahrial Alamsya, juga dikenal sebagai Abu Rara, "orang yang bertanggung jawab menikam Menteri Koordinator Keamanan Wiranto", kata IPAC dalam laporannya.


Abu Rara adalah anggota afiliasi Isis Indonesia Jemaah Ansharut Daulah (JAD), yang telah mengklaim bertanggung jawab atas semua serangan teror besar di negara itu sejak 2016.


Dia telah membahas serangan pekerja Cina di pabrik semen Merah Putih di provinsi Banten dengan seorang temannya bernama Syamsudin sebagai pembalasan atas perlakuan terhadap etnis Uygurs di Cina, kata laporan IPAC.


Syamsudin, seorang tukang las profesional, telah bekerja di sejumlah tempat di mana para pekerja Cina dipekerjakan dan mencatat bahwa mereka selalu diangkut ke dan dari tempat kerja setiap hari dengan truk pickup terbuka.


Dia dan Abu Rara telah membahas untuk menikam supir truk atau melempar bom Molotov ke arah para pekerja tetapi gagasan ini "tidak menghasilkan apa-apa", kata laporan itu, karena pasangan itu bertengkar.


IPAC mengatakan bahwa beberapa orang di dalam komando pusat ISIS telah menyerukan agar serangan dilakukan di Indonesia karena mereka melihat pemerintah sedang dilemahkan oleh pandemi coronavirus "sehingga sekarang justru merupakan peluang terbaik".

Halaman:

Tags

Terkini