Jakarta, Klikanggaran.com (20-12-2018) - Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia harus didorong untuk lebih mendekati kemajuan teknologi. Karena Islam memiliki ilmuwan yang memberikan pondasi terhadap kemajuan berteknologi di dunia saat ini.
Oleh karena itu, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam tidak melulu menargetkan lulusannya hanya untuk berada dalam profesi pendakwah. Mereka tidak hanya mengisi masjid-masjid atau surau-surau, meskipun itu bukanlah merupakan kesalahan. Akan tetapi, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) juga perlu menyebarkan lulusannya untuk mengisi segmentasi kemajuan teknologi.
Menelisik kemajuan teknologi saat ini, ternyata tidak sedikit perkembangannya dihasilkan oleh pemikir-pemikir atau ilmuwan-ilmuwan muslim. Sebut saja Al-Khawarizmi yang menjadi landasan perkembangan ilmu Algoritma. Ia juga menemukan sitem Aljabar dan penomoran di dunia.
Selain itu, ada juga Ibnu Haitham yang menjadi Bapak Optic Modern, yang menjadi dasar penemuan system teleskopik di dunia, juga berhasil membedah konsep pencahayaan. Ada lagi Thabit Ibn Qurra yang menemukan konsep Geosentrik Ptolemy dan konsep statistic di dunia.
Belum lagi Annaosheh Ansari yang menjadi perempuan muslim pertama yang terbang ke luar angkasa dengan dana sendiri. Dan, kini menjadi CEO dan co-founder dari Telecom Technologies. Kemudian yang dari tanah air Indonesia, Prof. dr. BJ. Habibie yang menemukan konsep keretakan pada pesawat terbang.
Teknologi dan PTKIN
Artinya, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam memiliki peluang besar untuk lebih banyak lagi mengorbitkan lulusan-lulusannya. Agar menjadi bagian dari pengembangan ilmu berteknologi yang lebih maju lagi di era yang serba digital sekarang ini.
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Indonesia harus meebalkan semangat untuk mengembalikan kejayaan ilmuwan. Yang menjadi contoh dan rujukan bagi pengembangan teknologi di dunia. Dan, bukan sekedar menjadi pengikut dan mengembangkan system konsumerisme yang semakin akut.
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam saat ini harus menjadi pemecah persoalan. Bagaimana gaya hidup yang dibalut sistem keragaman. Bukan lagi selalu mempersoalkan, bagaimana agama dapat dijadikan sebagai pedoman hidup bersosial.
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri kita juga harus mampu menjadikan agama sebagai rule model bagi pengembangan hidup yang maju. Terlebih dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Harapannya kemudian, lulusan-lulusannya dapat menjadikan pedoman agama sebagai system social di Indonesia.
PTKIN lebih bersahabat dan dapat diterima kembali sebagai bentuk ajaran keagamaan. PTKIN lebih modern dan dapat menjadi rujukan bagi dunia. Karena Al-Qur’an pun sudah lebih dulu membahas tentang dunia, sampai tahapan bagaimana dunia ini berakhir.
Baca juga : Peran Besar Perguruan Tinggi Islam di Indonesia