Bangkalan, Klikanggaran.com (1/11/2017) - Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh M. Syahril, seorang mantan TKI yang kini menjadi kader lingkungan Desa Labuhan, bahwa Taman Pendidikan Mangrove yang dikelolanya bersama Kelompok Tani Cemara Sejahtera dapat menjadi lokasi rujukan bagi kegiatan pendidikan lingkungan dan penelitian ekosistem mangrove. Termasuk juga sebagai tempat singgah burung migran yang bermigrasi dari belahan bumi Utara ke Selatan.
Berada di lokasi yang dekat dengan operasi Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore, Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, memiliki potensi hutan mangrove yang besar dan belum dioptimalkan dengan baik. Selama bertahun-tahun kawasan tersebut dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, menyebabkan hutan mangrove Desa Labuhan memiliki tingkat kerusakan dan kekritisan mangrove tertinggi dari 8 desa pesisir di sekitarnya. Padahal, peran mangrove bagi Desa Labuhan yang terletak di wilayah pesisir sangat penting.
Upaya rehabilitasi hutan mangrove di Desa Labuhan ini telah berlangsung sejak tahun 2014, dengan pendampingan dari PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO). Sinergi PHE WMO dengan seluruh pemangku kepentingan telah berhasil membentuk dan menguatkan Kelompok Tani Mangrove Cemara Sejahtera Desa Labuhan, sebagai sebuah institusi sosial sekaligus ekonomi yang mendorong geliat pembangunan desa berwawasan lingkungan. Kondisi mangrove yang kritis di Desa Labuhan beberapa tahun lalu, kini telah menjelma menjadi sebuah kawasan Taman Pendidikan Mangrove yang memberikan kontribusi ekonomi, sosial, dan lingkungan, bagi masyarakat setempat.
Ekosistem mangrove yang semakin membaik berkontribusi positif terhadap keanekaragaman hayati. Lokasi ini menjadi tempat tumbuh bagi 15 mangrove dan habitat bagi 25 spesies burung dilindungi, termasuk menjadi tempat persinggahan burung migran dari belahan bumi utara ke selatan. Misalnya Burung Gajahan Pengala (Numenius phaepus). Selain itu, dalam pengamatan, beberapa burung yang kini ada di kawasan Taman Pendidikan Mangrove di antaranya Burung Cerek Jawa (Plover, Charadrius SP), dan Trinil Kaki Merah (Common Redshank/Tringa Totanus). Termasuk juga burung pantai seperti Trinil Pantai (Common Sandpiper/Actytis Hypoleucos), burung air seperti Cangak Merah (Purple Heron/Ardea Purpurea), dan Kuntul Kecil (Litle Egret/Egretta Garzetta). Taman Pendidikan Mangrove ini juga menjadi kawasan singgah burung migran yang bermigrasi dari belahan bumi utara ke selatan, yaitu burung Gajahan Pengala (Numenius phaepus).
Hutan Mangrove Labuhan yang berkembang menjadi Taman Pendidikan Mangrove telah menjadi penggerak perekonomian masyarakat sekaligus motor dalam pelestarian lingkungan hutan mangrove di Desa Labuhan. Dari aspek ekonomi, pengembangan kegiatan silvopasturi, yaitu integrasi mangrove dengan kegiatan pertanian, perikanan, dan peternakan, telah mampu memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat. Kegiatan silvopastury ini dikembangkan melalui budidaya kepiting soka, budidaya pepaya calina, dan budidaya kambing ettawa.
“Program ini bertujuan mendukung terwujudnya kawasan konservasi dan pendidikan mangrove yang terintegrasi antara konsep pemberdayaan masyarakat dan konservasi lingkungan,” ujar General Manager PHE WMO, Kuncoro Kukuh.
Selain pengembangan kawasan, PHE WMO juga turut aktif dalam pengembangan kapasitas kelompok tani tidak hanya dalam aspek penguatan kelembagaan, tetapi juga dalam mengelola kawasan Taman Pendidikan Mangrove. Agar pengembangan kawasan ini tetap terjaga, kerja sama di antara para pemangku kepentingan juga dijalin. Selain melibatkan pemerintah daerah setempat, kalangan akademisi juga turut diajak berkontribusi menjadikan kawasan ini sebagai Taman Pendidikan. Program ini tidak hanya telah memperkuat kohesi sosial di antara masyarakat, namun juga meningkatkan peran aktif pemerintah lokal setempat dan menguatkan kemitraan strategis di antara para pemangku kepentingan.
Sejak tahun 2014, pengunjung Taman Pendidikan Mangrove menunjukkan peningkatan. Pada tahun 201, tercatat tidak lebih dari 200 pengunjung, namun di tahun 2016 jumlah pengunjung melonjak hingga 4.677 pengunjung dalam kurun waktu 3 bulan sejak Taman Pendidikan Mangrove dibuka untuk umum.
Kini, hingga medio tahun 2017, rata-rata 150 orang berkunjung ke lokasi Taman Pendidikan Mangrove setiap harinya. Pengunjung yang datang tidak hanya dari wilayah Jawa Timur, namun juga dari kota besar lainnya seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta, bahkan dari luar negeri seperti kunjungan dari Universitas Palacky, Ceko.