advertorial

Ini Dia Cara Kerja Punggawa Mocaf Mendekati Petani Singkong di Jawa Timur

Jumat, 15 Mei 2020 | 04:22 WIB
Punggawa Mocaf


Klikanggaran.com – Sebelum menyelam dalam sepak terjang para punggawa mocaf di Jawa Timur, ada baiknya kita mengenal dulu medan yang ada saat itu. Saat di mana para tokoh masyarakat ini berjuang mengenalkan tepung mocaf pada para petani singkong di sana.


Bisa dibilang, petani singkong itu hanya ada dua jenis. Jenis pertama adalah petani bermodal yang menanam singkong di lahan sendiri atau lahan sewa. Jenis ini biasanya memiliki lahan sangat bagus dan strategis, diolah secara mekanikal, dipupuk dengan pupuk terbaik, sehingga mampu menghasilkan panen sekurang-kurangnya 40 ton per hektar.


-


Jenis kedua adalah masyarakat tepi hutan, atau yang biasa disebut pesanggem. Mereka menanam singkong di hutan-hutan gundul dan atau di hutan-hutan yang tanaman induknya belum besar. Petani pesanggem diperbolehkan memanfaatkan lahan-lahan tersebut dengan konsekuensi harus merawat tanaman induknya, semisal pohon jati.


Hasil panen petani pesanggem tidak banyak, tergantung tingkat kesuburan dan tekstur lahan yang ditempatinya. Kalau petani bermodal bisa memanfaatkan lahannya secara penuh, berbeda dengan petani pesanggem. Hitungan luasan dan jumlah batang tertanam per hektar, jika bisa dimanfaatkan penuh akan tertanam 8.000 batang. Sementara petani pesanggem per hektarnya paling banyak 6.000 batang. Keluaran per batang pun berbeda, rata-rata tanaman petani pesanggem hanya menghasilkan 1 hingga 2 kilogram per batang.


Menghimpun petani bermodal sangatlah sulit, karena bisa jadi pemiliknya berada di kota lain. Berbeda dengan petani pesanggem, mereka memang tinggal di tepi hutan dan berada di bawah satu lembaga bernama LMDH (Lembaga Masyarakat Daerah Hutan). Namun, karena keberadaannya di tepi hutan dengan jangkauan yang tidak mudah, serta –mungkin- juga dianggap petani gratisan, maka jarang sekali mereka tersentuh teknologi. Kalaupun ada yang memiliki pengetahuan teknologi pascaPanen, itu hanya sekedar pengetahuan yang didapat dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh dinas-dinas terkait tanpa ada tindak lanjutnya.


-


Melihat kondisi di atas, Agung Triatmoko, salah seorang dari beberapa pemerhati dan pengawal petani singkong yang kini berjibaku ikut membesarkan Djawa Mie pun berinisiatif untuk mengalah, mendekati mereka, dan tidak mengundang mereka datang ke kota untuk menerima pelatihan. Para punggawa mocaf Jawa Timur ini ini datang tidak sekedar membawa berita, harapan, dan mimpi bagi petani singkong. Akan tetapi membawa peralatan-peralatan sederhana untuk bisa digunakan dengan mudah oleh petani singkong dalam mengolah hasil panen singkongnya.


Mereka tidak perlu minta izin kepala desa atau kepala kehutanan setempat. Mereka cukup bertamu, silaturahmi, bercerita tentang produk mocaf, memperagakan alat-alat ditambah fasilitas sederhana yang dimiliki petani, kemudian praktek bersama hingga akhirnya bersama-sama pula melihat hasilnya.


Di tahap berikutnya para punggawa ini memberikan kesempatan kepada para petani singkong untuk mempraktekkan sendiri pelajaran sebelumnya, hingga akhirnya setelah mereka merasa yakin bisa, barulah pembicaraan berlanjut pada mekanisme dagangnya.


Demikian tulisan ini disampaikan oleh Tim Kreator Djawa Mie, untuk menjadi cacatan sejarah lahirnya tepung mocaf di sebagian wilayah Jawa Timur.


Salam sehat bersama Djawa Mie!


Tags

Terkini

Wali Kota Resmikan SPBU dan Masjid Lubuklinggau

Jumat, 12 Februari 2021 | 11:13 WIB