Jakarta, Klikanggaran.com -- Dalam kurun waktu dua tahun terakhir belakangan, harga singkong makin tidak membuat petani tertarik untuk menanam singkong. Ditambah, pasokan tepung tapioka import yang harganya murah, menyebabkan harga singkong makin tidak menarik.
Untuk tahun 2018 saja, disinyalir produktivitas singkong menurun lebih dari separo biasanya. Ini akan menjadi keadaan yang makin mengerikan bagi petani singkong yang masih bertahan untuk menanam, meskipun bisa juga menjadi berkah bagi mereka.
Kelangkaan singkong itu bisa jadi akan membuat harga singkong naik tajam, tapi itu tergantung dari pasokan impor. Jika pasokan impor tinggi, jelas yang akan mendapat keuntungan besar adalah para importir. Karena kelangkaan singkong bisa menjadi alasan untuk mematok harga mahal terhadap produk tepung tapioka. Sementara, petani singkong yang masih bertahan, tetap menikmati harga rendah.
Terkait hal tersebut, para motivator memberikan keyakinan pada para petani itu, bahwa ada produk turunan singkong yang mampu mengangkat nilai singkong itu sendiri, termasuk harga yang layak. Mereka adalah tiga orang dengan latar belakang berbeda. Satu orang adalah pensiunan dinas pertanian provinsi, kedua adalah ahli hubungan masyarakat, dan seorang lagi usahawan dan pemerhati masalah singkong. Ketiga tokoh ini pada awalnya hanya bersepakat untuk memotivasi petani singkong di wilayah Jawa Timur yang masih bertahan menanam singkong.
Bermula dari sini, dengan menggunakan harga tepung terigu gandum sebagai patokan, ditemukanlah formula harga yang layak untuk mematok harga akhir tepung mocaf. Namun permasalahannya adalah, jika ketiganya memproduksi tepung mocaf sendiri menggunakan metode pabrikan, di mana petani harus setor singkongnya sendiri pula, penikmat harga istimewa singkong untuk produksi tepung mocaf masih akan didominasi oleh para pedagang perantara.
"Sementara petani langsung masih akan menikmati rendahnya harga singkong yang diterimanya. Tercatat, harga bersih yang diterima petani selama ini tidak lebih dari Rp 400 per kilogramnya. Maka tidak ada jalan lain selain mengajari petani untuk membuat sendiri tepung mocafnya," tutur salah satu tokoh.
Mereka kemudian menciptakan sistim produksi yang melibatkan secara langsung petani singkongnya dengan membentuk kelompok-kelompok tani. Kecuali singkong dan tenaga kerja, semua kebutuhan untuk proses produksi tepung mocaf disediakan oleh tiga tokoh tersebut.
"Menejemen produksi hingga pasar juga kami sediakan," kata salah satu tokoh yang akrab dipanggil Moko.
Tujuan utamanya menurut Moko adalah, memberikan pemahaman, pengetahuan, dan keyakinan pada para petani singkong bahwa mereka adalah pemilik sejati industri tepung. Tepung Desa pada akhirnya disepakati menjadi -judul- dari pergerakan ini. Dan, beberapa bulan kemudian ketiganya berhasil membentuk lebih dari 10 (sepuluh) kelompok produksi tepung mocaf di wilayah Jawa Timur. Tiga tokoh ini mengawalinya dengan membentuk kelompok produksi di wilayah-wilayah penghasil singkong. Di mana petaninya menanam singkong di lahan-lahan milik perhutani, dengan metoda tanam seadanya, tanpa olah tanah, bahkan tanpa pendukung pupuk.
"Bisa dipastikan, menjelang berkurangnya curah hujan, jumlah kelompok produksi akan bertambah lima hingga sepuluh kali lipat," kata Moko.
"Baru beberapa bulan berjalan, kami juga telah berhasil membentuk sinergi untuk melengkapi program “Tepung Desa”, yaitu dengan produsen pupuk organik aplikasi ringan, perusahaan finishing produk, hingga packing dan siap jual. Perusahaan ekspor dan komunitas industri kreatif yang akan menyulap produk mocaf menjadi tepung siap pakai berkualitas. Kami akhirnya akan menjadi perusahaan besar tanpa kantor, tanpa karyawan, tanpa gudang bahan baku hasil produk, bahkan jika dimungkinkan juga tanpa permodalan besar," lanjutnya.
Khusus target, Moko menjelaskan, –tanpa permodalan besar-, itu dimungkinkan jika ada peran serta kepala daerah setempat, support dari dinas terkait, serta dorongan percepatan dari institusi-institusi lainnya.
"Toh, bukan kami yang akan menerima itu semua. Karena semua support akan langsung ditujukan pada kelompok-kelompok tani, yang akan mampu mengangkat wilayahnya menjadi salah satu produsen Tepung Mocaf, Tepung Indonesia berkualitas," tegas Moko.