Jokowi dan Nasdem Memanas, Isu Reshuffle Kabinet Mencuat

KLIKANGGARAN -- Semenjak Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal calon Presiden 2024, hubungan antara Jokowi dengan Nasdem tak begitu harmonis seperti dulu.

Jokowi sendiri kerap berkomentar mengenai calon Presiden pilihannya.

Misalnya, Jokowi mengatakan jika calon Presiden mesti berambut putih hingga memiliki kerutan wajah menandakan orang tersebut memikirkan rakyat dan lain sebagainya.

Bahkan, beberapa belakangan ini dalam acara partai Hanura, dalam pidatonya Jokowi menyatakan jika partai Hanura adalah partai yang setia menemani dirinya dari awal periode pertama hingga kedua.

Namun, di satu sisi beberapa pihak dari partai Nasdem bahkan Surya Paloh mengatakan jika hubungannya dengan Jokowi baik-baik saja.

Surya Paloh hanya mengatakan jika tidak hadirnya Jokowi dalam beberapa acara penting partai Nasdem hanyalah karena agenda padat sibuk sebagai seorang Presiden.

Selebihnya hubungan antara Nasdem dan Jokowi masih membaik.

Disamping itu, beberapa belakangan ini isu mengenai reshuffle kembali mencuat ke permukaan. Beberapa menteri dalam kabinet diisukan akan diganti oleh Presiden Jokowi.

Pakar politik, Hendri Satrio, mengatakan, “Kalau presiden mereshuffle semuanya jadi keuntungan politik buat Nasdem.”

Namun Hendri sendiri mengembalikan reshuffle kabinet kepada Jokowi. Karena reshuffle adalah hak prerogatif seorang Presiden.

“Jadi kalau mau reshuffle ya reshuffle saja. Tidak perlu dikaitkan dengan citra parpol. Presiden mau reshuffle atau tidak itu kan alasannya terserah presiden, politisi boleh, kompetensi juga boleh,” ujar Hendri dikutip laman resmi detik.com.

Sebelumnya diberitakan jika Presiden Jokowi memberi sinyal kuat bakal melakukan reshuffle kabinet.

Sinyal kuat dari Jokowi langsung didorong kencang oleh parpol maupun koalisi yang menginginkan sejumlah menteri dari Nasdem direshuffle.

Djarot menjelaskan terdapat dua menteri asal Nasdem yang mesti dievaluasi kinerjanya, yakni Syahrul dan Siti Nurbaya.