Kericuhan Kanjuruhan, Diskusi Pemuda Jakarta: Gas Air Mata adalah Solusi (?)

- Minggu, 2 Oktober 2022 | 18:50 WIB
UKKT RW 07 Kelurahan Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat (Klikanggaran/Istimewa)
UKKT RW 07 Kelurahan Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat (Klikanggaran/Istimewa)

KLIKANGGARAN -- Pekan ke-11 Liga 1 Indonesia, Sabtu, 1 Oktober 2022 mempertemukan Arema FC vs Persebaya Surabaya di stadion Kanjuruhan, Malang.

Tak dinyana pertandingan seru kedua kesebelasan di Stadion Kanjuruhan itu berujung tewasnya ratusan suporter Arema FC.

Jumlah korban tewas yang mencapai 174 orang tersebut disebabkan Tribun Stadion Kanjuruhan 'dibanjiri' asap gas air mata dari aparat.

Kericuhan Kanjuruhan ini mendapat respons cepat dari kelompok pemuda Jakarta yang tergabung dalam UKKT RW 07 Kelurahan Sukabumi Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, dengan menggelar diskusi bertajuk "Gas Ait Mata Adalah Solusi?".

Baca Juga: Inilah Alasan Baim dan Paula Dihujat Warganet Gara-gara Konten Prank KDRT kepada Polisi: Ngak Ada Otak!

Dalam diskusi itu, disampaikan bahwa kejadian ini bukan hanya menjadi permasalahan dunia sepak bola, tetapi juga permasalahan nasional yang perlu adanya evaluasi besar dalam pengamanan di segala event, khususnya sepak bola, oleh aparat.

Kejadian ini bukan pertama kalinya, hampir semua kelompok suporter yang punya basis besar pernah merasakan kejamnya gas air mata di stadion.

Akan tetapi, kejadian ini adalah yang pertama kalinya dengan memakan korban ratusan jiwa akibat ganasnya Gas Air Mata.

Peserta diskusi berharap stadion Kanjuruhan, Malang menjadi yang terakhir untuk bersahabat dengan Gas Air Mata.

Diskusi dadakan ini juga menghadirkan salah satu mantan Ketua the Jakmania Kampus, Abidilah Syawaluddin.

Menurut Abidilah, Gas Air Mata tidak layak ditembakkan kepada suporter, apalagi di dalam stadion yang mengingat ruang yang sangat sempit untuk menghindar dari asap.

Baca Juga: Imbas Tragedi Kanjuruhan, Laga Persib Vs Persija Ditunda, Bagaimana Nasib Tiket yang Sudah Dibeli Suporter?

Berbeda kondisi jika pada saat demontrasi yang dilakukan di jalanan yang terbuka, demonstran dapat berlari untuk menghindar dari 'terkaman asap'.

Richard Ahmad Supryanto, selaku Bidang Organisasi Karang Taruna DKI Jakarta yang juga menjadi pengamat sepak bola Indonesia turut dihadirkan dalam diskusi ini.

Halaman:

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X