"Malam itu, sepulang dari kantor, kamu ke mana hingga sampai rumah larut malam?"
Baca Juga: Perum Perhutani Kurang Memahami Potensi Hutannya, Kata Seorang Aktivis
Amora menundukkan kepalanya. Kesedihannya adalah, suaminya masih belum dapat mempercayainya mengenai Radik, yang tak sengaja dia temui di rumah makan itu. Tapi, lelah membuatnya harus berkata jujur.
"Aku ke dokter."
"Lalu?"
"Aku mengambil hasil test laboratorium dan langsung periksa ke dokter kandungan."
"Lalu?"
"Aku hamil."
Lelaki itu semakin berurai air mata. Dipeluknya istrinya dengan penuh penyesalan. Dibelainya rambut dan wajah istrinya dengan lembut. Sorot matanya masih menyimpan penyesalan.
"Kenapa kamu tak mengatakannya malam itu? Kenapa, Amora? Kenapa kau biarkan aku dibalut emosi? Kau tahu aku sudah sangat putus asa menunggu kehadiran seorang bayi mungil di antara kita."
Artikel Terkait
Puisi Basi untuk Sang Maha
Bisik-Bisik di Bawah Selimut
Belajar dari Film Selesai, Apa yang Ingin Disampaikan Tompi?
Tips Sukses Melewati Hari di Tengah Pandemi
Monolog Sepatu Bekas