"Banyak sekali yang belum kau selesaikan dan kau sudah berada di sini! Pergilah dan selesaikan urusanmu!"
Samudra merasa tubuhnya dilempar dari tempat yang sangat tinggi. Dilihatnya tebing jurang, tapi tangannya tak dapat menggapai karena balutan kain kafan yang sangat kencang membungkus tubuhnya. Sedetik kemudian tubuhnya terguncang keras seperti ada yang memukul. Matanya terbuka lebar dan melihat ibunya sedang mengguncang-guncang badannya.
Baca Juga: Mangsa Ternak Sapi, Warga Menghalau Harimau agar Kembali ke Habitatnya
"Bangun, Samudra, ayam tetangga sudah mulai sibuk berkokok. Sudah berapa kali Ibu membangunkanmu, Nak."
Seketika Samudra melompat. Badannya terjungkal dengan keras di lantai karena lilitan selimut yang membungkus hampir seluruh tubuhnya. Dilepasnya selimut itu, lalu mencium punggung tangan Murni. Ia bersujud di kakinya sebelum melesat ke kamar mandi.
"Samudra. Ada apa denganmu, Nak? Kenapa melihat Ibu seperti melihat hantu?" murni mengejar ke kamar mandi, tapi pintu sudah keburu ditutup.
"Ampun, Ibu, apakah aku masih sempat shalat Subuh?"
"Ya masih Nak, lha wong bedug baru bunyi. Ibu bangunkan kamu lebih awal karena hari ini kamu ujian dan masuk pagi, toh?" jawab Murni terheran-heran.
"Iya, Bu, aku tahu aku harus kuliah, tapi aku mau shalat subuh dulu."
"Ooo." Murni melongo.
Artikel Terkait
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3
Cerbung: Cicak Jatuh di Halaman
Cerbung: Cicak Merayap di Dinding
Cerbung: Samudra di Lautan Malas