"Hanya kamu yang seolah ingin membenarkan perselingkuhan dan penghianatan ini. Mama juga ingin memiliki pembenaran dan maaf untuk papamu, tapi Mama tetap tidak mengizinkan kamu datang berkunjung ke rumah Papamu yang baru," sergah perempuan itu, lalu menyudahi perdebatan dan meninggalkan Titan sendiri di kamarnya.
Pemandangan yang sungguh sangat menyiksa bagi Titan, melihat mamanya pergi dengan isak dan kekecewaan yang tak lagi disembunyikan. Kedua orang tua yang berdiri di dua tempat dan keduanya menuntut pembenaran. Masing-masing tidak ingin beristirahat sejenak menengok ke kedalaman hati, agar dapat melihat apakah masih ada cinta yang selalu ingin memberi di sana?
Titan bertanya pada dirinya sendiri, di saat pedih menerkam, mengapa cinta lantas disingkirkan begitu saja? Kamar itu menjadi lebih hening dari sebelumnya. Benar-benar senyap.
~
Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir Dilantik sebagai Anggota Banser, Ini Ungkapan Selamat dari KKB 66
"Mengapa aku jadi ragu dengan pernikahan ini, ya?" Ramda bergumam sambil menatap Titan, berharap gadis itu bisa sedikit membenarkan keinginannya. Berharap gadis itu dapat menyelamatkannya dari apa yang tiba-tiba tak diinginkannya.
"Ragu?" tanya Titan heran.
Ramda masih menatapnya dengan sinar semakin membuai hati yang sedang kering. Titan masih menatap heran, berusaha menahan dan memadukan nyeri pun sakit menjadi nikmat. Tak ingin berharap apa pun.
"Semakin lama aku semakin merasa cocok denganmu, Titan. Aku merasakan semakin jauh dari calon istriku. Padahal perkawinan kurang dua bulan lagi. Menurutmu, apa yang akan terjadi jika rencana ini aku batalkan?"
"Menurutmu sendiri bagaimana?"
Artikel Terkait
Cerpen: Wanita Jalang
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3
Cerpen: Ternyata Kau Bukan Lelaki
Hari Ayah dan Kado Cerpen Sang Ratu
Cerpen Batu Cinta