~
Baca Juga: UU Cipta Kerja Dinyatakan Inkonstitusional, FSPPB: Putusan MK Ini Menjadi Pelajaran Penting
Seperti biasanya, sepulang dari mengantar kedua putrinya ke rumah ibunya, Teratai berhenti di sebuah toko kelontong di perbatasan desa. Dia ke sana untuk berbelanja keperluan selama satu minggu. Sambil memilih barang-barang yang hendak dibeli, sudut matanya mengawasi sebuah rumah di seberang toko.
Tak seperti biasanya, rumah itu kali ini kelihatan ramai. Di teras ada beberapa ibu dan anaknya sedang bercengkerama dan bersenda gurau. Dilihatnya Samurai dan istrinya sesekali keluar untuk menemani mereka.
Teratai menikmati pemandangan itu sambil menekan desir halus di hatinya. Ingin dia berlari ke sana dan menyatukan diri dalam kebahagiaan yang pernah ditawarkan padanya.
"Kenapa, Bu?" tegur pemilik took mengejutkan Teratai.
"Oh, nggak apa-apa, Bu." Buru-buru menghapus air mata.
"Kok, menangis?"
"Melihat mereka, saya jadi kangen sama anak-anak saya yang sedang bersama neneknya. Ada apa, ya? Kenapa di rumah itu ramai sekali?"
"Oh, itu, putra bungsu Pak Samurai berulang tahun yang pertama. Mereka mengadakan kenduri, teman-teman dan ibunya diundang."
Artikel Terkait
Monolog Sepatu Bekas
Cerpen: Wanita Jalang
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3
Cerpen: Ternyata Kau Bukan Lelaki
Hari Ayah dan Kado Cerpen Sang Ratu